Diketenangan malam menjenguk hari
Serintis langkah angin
Menuntunku ke persimpangan waktu
Dan bulan seakan tahu, ada hati yang membisu
Bersama angin darat
Kudorong perahu hingga mencium bibir ombak
Mendayung-mendayung
Kupecah gelombang dengan ujung perahu
Seiring gerak ombak perahu oleng kian kemari
Mencari-cari warna yang hilang
Pada kedipan genit mata bintang
Pada langit yang diam
Setibanya di laut
Kulempar jangkar
kutebar pukat
Untuk kutangkap semua sunyi
Di malam yang masih tenang
Awan pun malas membatik langit
Riak air kini tinggal serpihan purnama
Baru ku tahu ada tempat dimana lisan membiru
O, Gusti
Malam ini kukenakan kemeja bersulam sutra
Bersarung tenun dari Makasar
Dan songkok dari beledu paling istimewa
O, Gusti
Wudhu ku dari air laut sajadahku dari perahu
Air laut bersihkan gamang dalam dada
Dan perahu yang tak pernah menyentuh apapun
selain pasir dan air laut
Tapi Gusti,
Sayangnya Engkau Maha melihat
Bukan aku ingkar dari sifat-sifat Mu
Hanya upayaku sembunyikan cacat di hadapan Mu
O, Gusti
Asma Mu telah ku sebut
Kalimat suci telah kubaca
Butir-butir tasbe jatuh diantara lokan-lokan
Kelat bergetar tiba-tiba
layar berkibar seketika
Malam begitu warna-warni
Aminku berloncatan kian kemari
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H