Mohon tunggu...
Dani Ramdani
Dani Ramdani Mohon Tunggu... wiraswasta -

Simplifikasi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Buku SD Porno, Buah 'Komersialisasi' Pendidikan

10 Juli 2013   23:13 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:43 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berita tentang buku sekolah yang mengandung cerita porno terjadi lagi. Kali ini murid SD di Bogor mendapat contoh cerpen dewasa yang sepertinya hasil keteledoran penulis buku yang asal copy-paste. Dari judul dan paragraf-paragraf awal memang cerpen tersebut tidak terasa sebagai cerpen dewasa, namun ternyata itu adalah cerpen dewasa yang sangat syur. Penulis dan penerbit layak dapat hukuman berat dalam kasus ini.

Kenapa? Banyak orang bertanya kenapa hal seperti ini terjadi lagi. Kenapa sekolah bisa kecolongan?

Beberapa waktu lalu saya mendapat cerita menarik dari seorang teman yang masuk dalam kepengurusan sebuah yayasan pendidikan. Ternyata, ada penerbit yang berani memberi bagian keuntungan dari penjualan buku sekolah untuk beberapa tahun ke depan, dibayar di muka. Dengan kata lain, pihak sekolah membeli buku apapun asal keuntungan dibayar dimuka. Kualitas buku? Sepertinya tidak menjadi masalah.

Dunia pendidikan kita memang tak pernah sepi dari masalah. Kita ingat bagaimana Ujian Nasional berjalan sangat kisruh karena masalah pencetakan dan distribusi soal. Tentu saja masalah tersebut kalau ditelusuri, tidak akan jauh masalah uang. Bahkan ada pula yang menuding bahwa UN, meskipun sudah diharuskan berhenti, tetap dilaksanakan karena banyak yang berkepentingan secara finansial, wallahualam.

Sepertinya, dunia pendidikan yang seharusnya dijalankan oleh orang-orang yang tidak seberapa pamrih, sudah dikuasai oleh pemilik modal yang hanya melihat keuntungan finansial. Bagi mereka tidaklah penting masa depan anak-anak, yang penting pundi-pundi senantiasa terisi. Ini haruslah berubah, jika kita khawatir pada masa depan.

Para pendidik yang ikhlas, para relawan dunia pendidikan, tentu tidaklah bisa berbuat banyak menghadapi gurita pemilik modal. Para pemegang kekuasaanlah yang seharusnya bertindak dengan perubahan yang sistemis, sehingga dunia pendidikan kembali pada rel yang semestinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun