Mohon tunggu...
Dani Ramdani
Dani Ramdani Mohon Tunggu... wiraswasta -

Simplifikasi

Selanjutnya

Tutup

Money

"Ade Pst Secepetnya Usahain Kirim Uang...Gaji Ade Cuma $150"

11 Desember 2009   01:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:59 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Aa..Ade pst secepetnya usahain kirim uang..Gaji Ade cuma $150,entar Ade kirim ke mandiri Aa.
Aa klo bs usahain dah Ade kirim uang Farell jagain aja ama Aa, entar gaji Ade abis buat byr pengasuh aja.Ade susah kasih kbr,ga bs tlp.Ade di sini sebenernya ga betah tp Ade paksain aja krn inget ama kesusaha hidup qt, majikan Ade galak bgt.Ini jg kan majikan lg pd kerja br dtg jam 14 jd Ade bs e-mail dr laptop majikan Ade, klo hr jumat &sabtu pd libur. Aa JANGAN BALES E-MAILNYA ke sini, entar Ade dimarahin majikan.Jaitan Ade sakit tiap hari tp mau gmn lg,wkt hr senin Ade dibawa ke Agen penyalur ama majikan & dimarah2 gara2 Ade sakit.Aa doain Ade supaya sehat & kuat ampe 2 thn di Jordan,ampe qt kumpul lg bertiga.Udah dulu ya Aa..Jaga diri baik-baik & Farell jg...Salam sayang Ade buat Aa & Farell..."

Menyedihkan, itulah perasaan saya saat membaca email nyasar ini. Email nyasar yang mungkin berasal dari seorang ibu muda yang menjadi TKW di Jordan, yang seharusnya ditujukan pada suaminya di sini. Saya belum menemukan cara bagaimana menyampaikan pesan ini pada 'Aa' yang sebenarnya, yang mungkin bernama sama seperti saya. Anda punya teman, tetangga, atau saudara yang istrinya jadi TKW di Jordan dan anaknya bernama Farell? Tolong teruskan pesan ini.

Sebetulnya tidaklah etis bagi saya mengungkap isi email ini ke publik, tapi mengingat isinya yang relatif umum, tak ada salahnya kita memetik sedikit hikmah.

Dalam menanggapi masalah TKW seperti isi email ini, kita bisa saja kemudian memaki pemerintah yang tak becus memberikan lapangan kerja yang layak di negeri sendiri, atau menyindir suami-suami yang tega-teganya mengirim istri ke luar negeri, atau sekedar menyalahkan ibu yang tega meninggalkan anak jauh dari pangkuan. Marilah sekarang telunjuk kita arahkan ke diri kita sendiri, apa yang bisa kita kontribusikan agar bisa mengurangi satu saja wanita yang mulai berpikir untuk meninggalkan suami dan anak jauh ke negeri seberang?

Ini ada dua contoh yang mungkin bisa memotivasi kita untuk mulai memberikan sedikit perhatian dan materi. Sedikit saja, tapi percayalah bahwa yang sedikiti ini bisa mendatangkan perubahan besar bagi orang lain.

Pak Har, seorang tetangga, sekarang setiap hari berjualan lontong sayur di perempatan perumahan kami. Dibantu istrinya, ia sudah bisa memberikan cukup nafkah untuk keluarga, termasuk menyekolahkan anak tunggalnya. Selain berkat keuletannya, keberhasilan ini didorong oleh seorang tetangga yang meminjamkan modal sekitar satu setengah juta rupiah. Tentu saja bantuan modal tidaklah cukup, karena keterbatasan ide dan skill, Pak Har juga mendapat bantuan dalam memutuskan dan mengelola usahanya.

Cerita sama juga dialami Pak Wan, sekitar dua bulan lalu kontrak kerjanya di sebuah pabrik tidak diperpanjang. Mengingat usia yang sepertinya tidak mudah untuk melamar kerja lagi di tempat lain, ia memutar otak dan kemudian memutuskan untuk meneruskan usaha seorang teman dari temannya, berjualan sosis goreng keliling dari satu sekolah ke sekolah lainnya. Ia sudah punya motor, tinggal butuh modal tambahan untuk membeli box peralatan kerja dan modal berjalan. Tidak banyak, hanya sekitar satu juta tiga ratus ribu rupiah, tapi karena tak punya tabungan, modal sedikit ini tetap saja tidak ada. Masalah ini akhirnya terselesaikan melalui pinjaman ringan tanpa bunga dari Baitul Maal mesjid perumahan kami. Sekarang Ia sudah mulai keliling berjualan, masih sedikit hasilnya, tapi cukup bagus sebagai langkah awal.

Itulah sedikit cerita yang mungkin bisa memotivasi kita untuk berbuat lebih bagi lingkungan sekitar. Selamat mencoba.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun