Tunggal puteri Indonesia Gregoria Mariska Tunjung dipastikan mengamankan medali perunggu meski belum bertanding. Hal itu karena Carolina Marin mengalami cedera sehingga ia tidak bisa bermain pada laga perebutan medali perunggu.
Selain menjadi satu-satunya wakil tunggal puteri Indonesia, Gregoria juga menjadi satu-satunya wakil Indonesia di cabang bulu tangkis yang berhasil meraih medali.
Jorji menjadi atlet pertama yang berhasil menyumbang medali untuk tim Indonesia. Keberhasilan itu tak lepas dari kerja keras Jorji di fase grup hingga semifinal kemarin.
Meski kalah melawan An Se-young di semifinal, akan tetapi permainan Jorji kian membaik. Hanya saja masalah stamina masih menjadi hambatan utama sehingga Jorji kalah.
Pada gim pertama, Jorji bisa unggul 5-1. Permainan netting dan kombinasi dropshot menjadi andalan Jorji mendulang poin.
Jorji bahkan berhasil menutup interval gim pertama dengan skor meyakinkan 11-5.
Jorji terus mempertahankan keunggulan hingga skor cukup jauh 14-7. Jorji akhirnya menyudahi gim pertama dengan skor meyakinkan 21-11.
Pada gim kedua, An Se-young mulai mendominasi. Meski begitu, Jorji mampu memberikan perlawanan sengit. Sebelum interval gim kedua, skor cukup ketat yaitu 9-10. An Se-young berhasil menutup interval gim kedua dengan skor 9-11.
Usai interval, An Se-young mampu memperlebar jarak dengan skor 16-12. An Se-young terus mendominasi dan berhasil unggul pada gim kedua dengan skor 13-21.
Laga kemudian berlanjut pada gim ketiga alias rubber game.Â
Pada gim ketiga, An Se-young benar-benar mendominasi. Sementara Jorji mulai kelelahan. Interval gim ketiga An Se-young unggul cukup jauh 11-3.
Meski tertinggal cukup jauh, tapi Jorji berusaha memperkecil skor hingga 13-16. Sayangnya, An Se-young kembali unggul 13-19.Â
Ketika An Se-young mencapai match point, Jorji berhasil meraih tiga poin beruntun dan skor menjadi 16-20.Â
An Se-young lalu berhasil meraih kemenangan dan menutup gim ketiga dengan skor 16-21. Dengan hasil ini, An Se-young melaju ke final dan berhadapan dengan He Bing Jiao.
Medali pertama
Jorji berhasil menyumbang medali pertama bagi kontingen Indonesia. Meski begitu, raihan ini tidak jauh lebih baik dibanding Olimpiade Tokyo 2020.
Saat itu, bulu tangkis Indonesia berhasil menyumbang dua medali, yaitu emas melalui Apriyani Rahayu/Greysia Polii dan perunggu melalui Anthony Sinisuka Ginting.
Akan tetapi, jika dibandingkan dengan Olimpiade London 2012, raihan Olimpiade Paris tidak terlalu buruk. Hal itu karena pada Olimpiade London bulu tangkis tidak menyumbang medali sama sekali sekaligus memutus tradisi emas sejak Olimpiade Barcelona 1992.
Sejak saat itu, bulu tangkis rutin menyumbang emas. Setelah gagal di Olimpiade London, bulu tangkis kembali menyumbang medali emas di Olimpiade Rio dan Tokyo.
Olimpiade Paris kembali puasa emas. Meski begitu, raihan perunggu kali ini menjadi pelipur lara bagi bulu tangkis Indonesia.
Pasalnya, prestasi Indonesia cenderung menurun. Bisa kita lihat di Indonesia Open tahun kemarin, tidak ada satupun wakil Indonesia yang berhasil juara.
Lebih parahnya lagi, Asian Games Guangzhou menjadi sejarah kelam karena tidak berhasil menyumbang medali apapun. Padahal, Indonesia menjadi unggulan pertama untuk beregu putra.
Di sisi lain, Gregoria sendiri berhasil mencatatkan rekor pribadi. Sejak Olimpiade 2008, tidak ada lagi tunggal puteri pertama yang lolos ke semifinal selepas terakhir dilakukan oleh Maria Kristin.
Tunggal puteri memang sulit mengorbitkan pemain top lagi. Dan saat itu, beban itu ada di pundak Jorji yang bisa melangkah sejauh ini. Selain menjadi satu-satunya tunggal puteri yang main di olimpiade, raihan medali olimpiade ini menjadi oase bagi bulu tangkis Indonesia yang kering prestasi akhir-akhir ini.
Ke depannya, semoga PBSI bisa mengorbitkan pemain muda untuk menjadi pelapis pemain-pemain senior saat ini di semua sektor.Â
PBSI harus mulai meregenerasi karena atlet-atlet kita dalam jarak empat tahun ke depan sudah mulai memasuki kepala tiga. Tentu menjadi tugas PBSI untuk bisa mengorbitkan pemain muda agar tradisi emas olimpiade bisa terus dijaga.
Selain itu, persiapan pun harus matang dilakukan. Jika kita berkaca pada negara lain, persiapan untuk olimpiade sendiri dilakukan selama dua tahun. Maka tak heran atlet mereka bisa berbicara banyak.
Tentu pemerintah harus mencontoh hal itu karena dengan waktu yang mepet tidak akan cukup. Jadi, jika ingin berbicara banyak di olimpiade maka persiapan harus dibenahi jauh-jauh hari.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H