Pada gim ketiga, An Se-young benar-benar mendominasi. Sementara Jorji mulai kelelahan. Interval gim ketiga An Se-young unggul cukup jauh 11-3.
Meski tertinggal cukup jauh, tapi Jorji berusaha memperkecil skor hingga 13-16. Sayangnya, An Se-young kembali unggul 13-19.Â
Ketika An Se-young mencapai match point, Jorji berhasil meraih tiga poin beruntun dan skor menjadi 16-20.Â
An Se-young lalu berhasil meraih kemenangan dan menutup gim ketiga dengan skor 16-21. Dengan hasil ini, An Se-young melaju ke final dan berhadapan dengan He Bing Jiao.
Medali pertama
Jorji berhasil menyumbang medali pertama bagi kontingen Indonesia. Meski begitu, raihan ini tidak jauh lebih baik dibanding Olimpiade Tokyo 2020.
Saat itu, bulu tangkis Indonesia berhasil menyumbang dua medali, yaitu emas melalui Apriyani Rahayu/Greysia Polii dan perunggu melalui Anthony Sinisuka Ginting.
Akan tetapi, jika dibandingkan dengan Olimpiade London 2012, raihan Olimpiade Paris tidak terlalu buruk. Hal itu karena pada Olimpiade London bulu tangkis tidak menyumbang medali sama sekali sekaligus memutus tradisi emas sejak Olimpiade Barcelona 1992.
Sejak saat itu, bulu tangkis rutin menyumbang emas. Setelah gagal di Olimpiade London, bulu tangkis kembali menyumbang medali emas di Olimpiade Rio dan Tokyo.
Olimpiade Paris kembali puasa emas. Meski begitu, raihan perunggu kali ini menjadi pelipur lara bagi bulu tangkis Indonesia.
Pasalnya, prestasi Indonesia cenderung menurun. Bisa kita lihat di Indonesia Open tahun kemarin, tidak ada satupun wakil Indonesia yang berhasil juara.
Lebih parahnya lagi, Asian Games Guangzhou menjadi sejarah kelam karena tidak berhasil menyumbang medali apapun. Padahal, Indonesia menjadi unggulan pertama untuk beregu putra.