Mohon tunggu...
Dani Ramdani
Dani Ramdani Mohon Tunggu... Lainnya - Ordinary people

Homo sapiens. Nulis yang receh-receh. Surel : daniramdani126@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Dear PSSI, Bukan Tugas Shin Tae-yong untuk Menciptakan Striker Tajam

2 Februari 2024   07:07 Diperbarui: 2 Februari 2024   10:40 953
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong. | Foto: KOMPAS.com

Shin Tae-yong, nama pelatih Timnas Indonesia ini selalu mencuri perhatian. STY bisa dibilang pelatih timnas terlama. STY didatangkan PSSI pada tahun 2019 dan kontraknya akan berakhir Juni 2024.

Teka-teki kontrak STY masih tanda tanya. PSSI telah memberi target kepada STY. Di antaranya adalah Timnas Indonesia lolos ke babak 16 besar Piala Asia 2023 dan lolos ke babak 8 besar untuk U23.

Dari dua target itu, satu target telah terpenuhi. Secara dramatis, Indonesia lolos ke babak 16 besar Piala Asia usai Kyrgyzstan bermain imbang dengan Oman. 

Di babak 16 besar, Indonesia bertemu Australia dan berakhir dengan kekalahan dengan skor telak 4-0. Praktis, Indonesia menjadi tim pertama yang angkat koper di perempat final. 

Meski kalah, tapi harus diakui dari sisi permainan sangat berbeda. Saya pribadi terhibur dengan permainan yang ditunjukan anak asuhan STY itu. 

Secara keseluruhan, gaya bermain Indonesia sudah jarang memainkan long ball atau memainkan sisi sayap. Tapi, kombinasi ketiganya kerap terlihat. 

Meski begitu, masih ada beberapa kesalahan yang kerap terjadi seperti passing. Akan tetapi, yang menjadi sorotan utama adalah buruknya finishing. 

Saat menghadapi Vietnam di fase grup, Indonesia menciptakan banyak peluang dengan 16 tembakan dan on target hanya 5. Jika penyelesaian lebih baik, tentu skor tidak akan 1-0, bisa lebih. 

Begitu juga saat melawan Australia, meski kalah 4-0, bukan berarti Indonesia minim peluang. Indonesia memiliki satu peluang on target dari 5 tembakan. 

Di sisi lain, Australia sangat efektif. Dari 4 tembakan on target, semuanya berbuah gol. Jadi, kemampuan untuk mengkonversi peluang memang masih minim. 

Ini juga yang disoroti PSSI khusunya Erick Thohir. Erick menilai jika permainan Indonesia sudah baik, hanya kurang dari sisi penyelesaian akhir. Erick justru menilai tugas STYlah yang harus memoles striker agar lebih tajam. 

"Lihat bagaimana Australia kemarin, jarang menyerang, tapi selalu efektif mencetak gol. Harus seperti itu. Tugas STY untuk segera benahi sektor itu agar target tercapai," ujar Erick

Lalu, apakah benar terkait minimnya striker tajam adalah tugas pelatih? 

Bukan tugas pelatih 

Ketika STY datang pertama kali ke Indonesia, ia mengeluh karena pemain Indonesia masih bermasalah dalam hal passing. Padahal, passing adalah teknik dasar. 

Seharusnya teknik-teknik dasar seperti itu sudah khatam bagi pemain profesional. Sehingga tugas pelatih tidak dari awal lagi tapi sudah ke pemahaman taktikal. 

Artinya, terkait hal elementer seperti passing pun sebenarnya bukan tugas pelatih tapi saat masih di akademi. Begitu juga dengan menciptakan striker tajam. 

Pelatih hanya melihat potensi pemain. Selebihnya terkait sentuhan maupun penyelesaian akhir seharusnya sudah didapat di akademi. Jadi, pelatih tinggal memoles lebih tajam lagi. 

Selain itu, mininmya striker lokal sangat kompleks. Lihat saja kompetisi liga kita yaitu Liga 1. Dari empat tim teratas, hampir semuanya lini depan diisi oleh striker asing. 

Empat tim teratas saat ini yaitu Borneo FC, Bali United, Persib Bandung, dan PSIS Semarang, lini depan mereka diisi oleh pemain asing. Jika ada lokal, itupun jadi pelapis. 

Maka, jangan heran jika kita melihat top skor Liga 1 didominasi oleh pemain asing. Saat inipun top skor masih diisi oleh pemain asing. Rasanya jarang pemain lokal bisa menciptakan dua digit gol dalam satu musim liga. 

Kredit bagi Ramadhan Sananta yang berhasil mencetak 11 gol saat membela PSM Makassar. Di Persis Solo, Sananta juga terbilang tajam dan sudah mencetak 7 gol dari 18 pertandingan. 

Peforma itulah yang membuat Sananta digadang-gadang akan menjadi striker masa depan kita. Di sisi lain, masih ada striker musa lain seperti Hokky Caraka. 

Hokky sudah bermain 20 kali dan baru menciptakan 3 gol. Lalu, bagaimana dengan Dimas Drajad? Dimas bermain 15 kali bersama Persikabo dan belum mencetak sebiji gol pun. 

Tiga striker timnas kita tidak ada satupun yang menjadi top skor musim ini. Mereka seakan kalah saing dari pemain asing. Di luar tiga pemain itu, sulit rasanya mencari striker lokal yang bermain reguler di Liga 1 musim ini. 

Tentunya manajemen setiap klub juga memiliki target. Itu sebabnya pelatih lebih memilih striker asing dibanding lokal. Jadi, di Liga 1 sendiri jarang yang memakai striker lokal.

Tak hanya lini depan, posisi lain seperti bek dan gelandang diisi oleh pemain asing. Pemain lokal biasanya hanya menempati posisi penyerang sayap. Jadi, jangan heran jika timnas kita kurang pada posisi-posisi itu karena kerap dihuni oleh pemain asing. 

Bahkan, saat ini sektor penjaga gawang pun mulai diisi oleh pemain asing. Persib dan Bali United yang menjadi tim papan atas memakai jasa kiper asing. Masih ada klub lain seperti Arema, PSS Sleman, hingga Dewa United. 

Maka, rasanya aneh jika ada yang menyebut "STY hanya membawa striker papan bawah" toh faktanya hampir semua klub Liga 1 lebih memilih striker asing. 

Jika ada lokal, itupun dibuat sebagai cadangan, bukan utama. Jadi, terkait minimnya striker jelas bukan masalah pelatih saja tapi masalah kompleks. 

Mungkin, PSSI bisa mendorong masalah ini dengan program pragmatis seperti mewajibkan klub untuk memainkan striker lokal seperti kewajiban memainkan pemain muda. 

Kita pernah memiliki striker tajam seperti Boaz Salossa dan Bambang Pamungkas. Keduanya mendapatkan kepercayaan penuh dari klub dan bermain reguler. 

Saya kira, jika setiap klub dan pelatih berani mengambil langkah yang sama, bukan tidak mungkin striker lokal kita bisa bersaing dengan asing. 

Pelatih pun memiliki banyak pilihan. Klub harus memberi menit bermain lebih pada striker lokal kita. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun