Tapi, di lapangan tidak demikian. Ketika HGU habis, masyarakat yang ingin berococok tanam di tanah mereka dulu, justur mendapatkan diskriminasi dengan dalih melanggar UU Perkebunan. Padahal, HGU telah habis. Inilah konflik agraria yang sering muncul.Â
Jadi, PTSL bukan solusi untuk menyelesaikan masalah ini. Sehingga benar apa yang dikatakan oleh Pak Mahfud jika banyak HGU yang habis tapi eksekusi di lapangan sulit karena banyak alasan.Â
Inilah yang membedakan Pak Mahfud dan Gibran. Gibran menjawab teks book, tapi Pak Mahfud menjawab berdasarkan yang terjadi di lapangan.Â
Yang saya sayangkan dari debat semalam adalah strategi Gibran pada saat sesi tanya jawab. Padahal, moderator dengan tegas jika memakai terminologi asing harus dijelaskan.
Tapi, ketika Gibran bertanya soal greenflation pada Pak Mahfud tidak dijelaskan sama sekali. Pada momen ini, Pak Mahfud sempat menyinggung soal aturan debat.Â
Lalu, Gibran dengan entengnya menjawab jika ia tidak menjelaskan greenflation karena Pak Mahfud adalah seorang profesor. Dalam pikiran Gibran, "masa profesor gak tahu istilah itu."
Poin yang ingin saya sampaikan adalah bukan pada gelar profesor, tapi soal aturan yang sudah jelas dilanggar oleh Gibran tentang penggunaan terminologi asing.Â
Perlu diketahui, yang menonton debat adalah masyarakat umum. Ini adalah forum gagasan. Gagasan yang sulit seharusnya disederhanakan oleh paslon agar sampai pada semua kalangan.Â
Jangan memberikan jawaban yang seolah-olah ingin menjebak lawan. Ini adalah forum debat bukan adu tebak-tebakan.Â
Setelah itu, Pak Mahfud menjawab pertanyaannya Gibran dan memberikan contoh tentah recycle hingga emisi.Â
Gibran lalu menanggapi dengan gestur mencari sesuatu, lalu ia berkata, "saya sedang mencari jawaban Prof Mahfud."