Dengan hasil itu, untuk pertama kalinya sejak Asian Games 1962 sektor ganda putera gagal membawa medali. Padahal di Asian Games 2018, Fajar/Rian adalah finalis.
Sebelumnya, dalam tiga edisi Asian Games, ganda putera selalu meraih medali emas. Markis kido/Hendra Setiawan meraih medali emas di Asian Games 2010.
Kemudian Asian Games 2014 Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan berhasil meraih medali emas. Dan terakhir di Asian Games 2018 Kevin Sanjaya/Marcus Gideon.Â
Penampilan antiklimaks justru ditunjukkan Anthony Ginting saat bersua Li Shifeng. Ginting harus kalah dengan skor 13-21 dan 17-21.
Pun begitu dengan Gregoria Mariska Tunjung yang kalah dari Aya Ohori. Jorji kalah dua set langsung dengan skor 10-21 dan 19-21.
Praktis Indonesia sudah mengukir sejarah kelam di Asian Games yaitu untuk pertama kalinya sejak Asian Games 1962, badminton gagal membawa satu pun medali.
Padahal dalam multievent olahraga, badminton selalu menjadi pendulang medali. Baik itu untuk level Asia Tenggara (SEA Games), level Asia (Asian Games), bahkan Olimpiade.Â
Badminton tidak pernah absen menyumbang medali. Tapi, hasil di Asian Games 2022 kali ini menjadi periode buruk bagi badminton Indonesia dan menjadi sejarah kelam.Â
Hal itu menegaskan jika Indonesia sulit meraih juara di turnamen elit. Padahal road to Paris sebentar lagi. Di depan mata sudah ada jadwal Tour Eropa, jika gagal untuk turnamen Super 750 seperti Denmark Open dan France Open, jelas untik bisa berbicara di Olimpiade kian tipis.Â
Hasil Asian Games kali ini harus dijadikan cambuk jangan sampai di Olimpiade hal serupa terulang. Jangan sampai Asian Games 2022 menjadi gambaran Olimpiade Paris 2024 di mana badminton tidak bisa menyumbang satu medali pun.
Jika itu terjadi, maka Indonesia sebagai negara kuat di badminton hanya sekadar sejarah. Jelas kelas Indonesia turun menjadi negara medioker.Â