Mohon tunggu...
Dani Ramdani
Dani Ramdani Mohon Tunggu... Lainnya - Ordinary people

Homo sapiens. Nulis yang receh-receh. Surel : daniramdani126@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Shin Tae-yong, Piala Asia, dan Keberanian Potong Generasi Timnas Indonesia

13 September 2023   08:55 Diperbarui: 14 September 2023   09:49 2398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Shin Tae-yong sukses membawa Timnas Indonesia U23 ke Piala Asia untuk pertama kalinya. | Foto: Bola.net

Publik sempat bingung ketika agenda Timnas Indonesia begitu padat di bulan September. Hal itu karena di bulan September ada dua agenda yang dilakoni, yaitu FIFA Matchday dan Kualifikasi Piala Asia U23.

Hal itu wajar, mengingat pemain Timnas Indonesia rata-rata berusia muda dan tentu akan bentrok. Tapi, masalah itu bisa diatasi dengan kejelian Shin Tae-yong dalam membangun tim. 

Bisa dibilang, baik senior atau junior memiliki kualitas tidak jauh berbeda. Khusus untuk U23 aroma senior begitu kental karena sebagian pemain pernah bermain di senior. Di luar itu, Timnas U23 memiliki potensi yang menjanjikan di masa mendatang.

Alhasil, baik di FIFA Matchday dan Kualifikasi Piala Asia, Shin Tae-yong sukses memberikan kemenangan. Selain itu, Shin Tae-yong menjadi pelatih pertama yang membawa tiga kategori Timnas lolos ke Piala Asia. 

Hebatnya lagi, semuanya dilalui melalui babak kualifikasi. Tentu kita masih ingat dengan perjuangan timnas senior di babak kualifikasi. 

Indonesia bukan tim favorit untuk lolos. Saat itu, Kuwait dan Jordania adalah dua tim teratas untuk lolos. Tapi, semua itu salah karena di luar dugaan Indonesia keluar sebagai runner-up terbaik menemani Jordania. 

Shin Tae-yong sukses membawa Timnas Indonesia U23 ke Piala Asia untuk pertama kalinya. | Foto: Bola.net
Shin Tae-yong sukses membawa Timnas Indonesia U23 ke Piala Asia untuk pertama kalinya. | Foto: Bola.net

Untuk U20, lagi-lagi STY membawa Timnas ke Piala Asia melalui jalur kualifikasi. Tentu laga yang akan selalu diingat adalah ketika menang atas Vietnam secara dramatis dengan skor 3-2.

Teranyar, Shin Tae-yong sukses mencatat sejarah dengan meloloskan Timnas Indonesia U23 ke Piala Asia untuk pertama kalinya. Hal itu dipastikan setelah Indonesia keluar sebagai juara Grup K dengan koleksi 6 poin. 

Di laga terakhir, Indonesia sukses meraih kemenangan atas Turkmenistan dengan skor 2-0. Sebelumnya, Indonesia sukses menang telak 9-0 atas Chinese Taipei. 

Jika kita telisik, di balik gemilangnya capaian tersebut, ada keberanian dari Shin Tae-yong, terutama dalam memainkan pemain muda di skuadnya. 

Potong generasi?

Pada FIFA Matchday kemarin, skuad senior tidak tampil dengan kekuatan terbaiknya. Hal itu karena beberapa nama mengalami cedera. Sebut saja Yakob Sayuri, Yance Sayuri, Dimas Drajad, hingga Shayne Pattynama. 

Untuk menyeimbangkan tim, tiga pemain U23 yang melakukan pemusatan latihan di Solo dipanggil. Ketiganya adalah Alfeandra Dewangga, Doni Tri Pamungkas, dan Dzaky Arsaf. 

Di sisi lain, sejak awal melatih Indonesia pada 2019 lalu, STY memang mengalami kesulitan. Apalagi, saat itu liga berhenti karena pandemi covid-19.

Di laga senior, STY baru memimpin pada laga uji coba melawan Afganistan pada 2021. Kemudian ia melanjutkan sisa laga Kualifikasi Piala Dunia Zona Asia meski hanya bisa meraih satu poin saat berhasil menahan imbang 2-2 melawan Thailand. 

Di sinilah, era baru itu dimulai. STY berani memainkan pemain-pemain muda. Rizky Ridho, Asnawi, dan Pratama Arhan adalah pemain muda yang mengisi pos belakang. 

Hingga kini baik di level U23 sampai senior, ketiga pemain tersebut tidak pernah absen membela Timnas Indonesia.

Nama-nama tersebut menggeser pemain lama seperti Hansamu Yama, Putu Gede, dan Ricky Fajrin. 

Selain berani memainkan pemain muda, STY pun kerap memberikan kesempatan pada pemain yang jarang membela Timnas Indonesia. Sebut saja Ricky Kambuaya. 

Di FIFA Matchday lalu, Aji Kusuma dan Ryan Kurnia adalah dua nama baru yang dipanggil STY meski tidak bermain. 

Keberanian STY dalam memainkan pemain muda itulah yang disebut publik memotong generasi. Bahkan, saat melawan Curacao lalu rata-rata usia pemain kita 21,9 tahun dan menjadi yang termuda dalam sejarah. 

STY dinilai berani menyingkirkan nama-nama tenar di timnas dan melakukan regenerasi. Sejak saat itu, nama-nama seperti Rizky Ridho, Arhan, Asnawi, Witan, Egy, hingga Marselino kerap mengisi pos senior meski secara usia masih muda. 

Meski begitu, STY juga tidak seutuhnya memainkan pemain muda. Toh ia tetap memanggil pemain senior seperti Fachrudin atau Lilipaly. Bahkan, kini nama lain seperti Marc Klok dan Jordi Amat tidak pernah absen. 

Pada intinya, pelatih tidak akan kesulitan mencari pemain jika liga berjalan pun dengan pembinaan usia muda. Di luar itu, untuk menciptakan regenerasi seperti itu tidak sepenuhnya kewajiban pelatih. 

Tapi, federasi juga berperan terutama dalam mengembangkan kompetisi usia muda. Untuk liga, sebaiknya dibuat berjenjang secara usia dari junior hingga pro. 

Di sanalah pemain-pemain muda mendapat menit bermain. Toh jika sudah matang, saya kira pelatih juga akan memakai pemain muda tanpa ada regulasi yang mewajibkan. Intinya, jika terus bermain akan terasah dan lambat laun akan promosi ke senior. 

Atau, bisa juga dengan menggelar turnamen kelompok umur di berbagai asprov. Nantinya setiap juara akan lolos ke turnamen nasional. Yah, mungkin seperti Jepang di mana ada level sekolah hingga nasional. 

Pada intinya, untuk menciptakan timnas kuat tidak mudah. Federasi memiliki peran vital karena merekalah yang memiliki kuasa untuk membuat kebijakan.

Gambaran timnas senior

Kembali ke Timnas U23, mereka adalah skuad mewah. Mengapa mewah? Karena sebagian besar pemain pernah mentas di level senior. 

Dari posisi penjaga gawang hingga penyerang pernah membela tim senior. Selain itu, kebanyakan pemain juga bermain reguler di liga. 

Artinya, Timnas U23 kemarin adalah gambaran timnas senior kita ke depan nanti. Tentu jika terus dipoles dan tidak berubah, bukan tidak mungkin Indonesia akan bisa bersaing dengan negara ASEAN lain yang selalu menjadi batu sandungan seperti Thailand atau Vietnam. 

Lebih dari itu, kita berharap para pemain U23 terus berkembang hingga senior nanti. Ada kalanya peforma pemain naik turun, tapi publik berharap tetap konsisten. Tentu cara untuk konsisten dengan terus bermain di klub. 

Sekali lagi, kompetisi usia muda sangat penting untuk regenerasi. Regulasi untuk memainkan pemain muda memang bagus, tapi lebih baik lagi jika kompetisi usia berjalan bahkan hingga tingkat asprov.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun