Jika kita telisik, di balik gemilangnya capaian tersebut, ada keberanian dari Shin Tae-yong, terutama dalam memainkan pemain muda di skuadnya.Â
Potong generasi?
Pada FIFA Matchday kemarin, skuad senior tidak tampil dengan kekuatan terbaiknya. Hal itu karena beberapa nama mengalami cedera. Sebut saja Yakob Sayuri, Yance Sayuri, Dimas Drajad, hingga Shayne Pattynama.Â
Untuk menyeimbangkan tim, tiga pemain U23 yang melakukan pemusatan latihan di Solo dipanggil. Ketiganya adalah Alfeandra Dewangga, Doni Tri Pamungkas, dan Dzaky Arsaf.Â
Di sisi lain, sejak awal melatih Indonesia pada 2019 lalu, STY memang mengalami kesulitan. Apalagi, saat itu liga berhenti karena pandemi covid-19.
Di laga senior, STY baru memimpin pada laga uji coba melawan Afganistan pada 2021. Kemudian ia melanjutkan sisa laga Kualifikasi Piala Dunia Zona Asia meski hanya bisa meraih satu poin saat berhasil menahan imbang 2-2 melawan Thailand.Â
Di sinilah, era baru itu dimulai. STY berani memainkan pemain-pemain muda. Rizky Ridho, Asnawi, dan Pratama Arhan adalah pemain muda yang mengisi pos belakang.Â
Hingga kini baik di level U23 sampai senior, ketiga pemain tersebut tidak pernah absen membela Timnas Indonesia.
Nama-nama tersebut menggeser pemain lama seperti Hansamu Yama, Putu Gede, dan Ricky Fajrin.Â
Selain berani memainkan pemain muda, STY pun kerap memberikan kesempatan pada pemain yang jarang membela Timnas Indonesia. Sebut saja Ricky Kambuaya.Â
Di FIFA Matchday lalu, Aji Kusuma dan Ryan Kurnia adalah dua nama baru yang dipanggil STY meski tidak bermain.Â
Keberanian STY dalam memainkan pemain muda itulah yang disebut publik memotong generasi. Bahkan, saat melawan Curacao lalu rata-rata usia pemain kita 21,9 tahun dan menjadi yang termuda dalam sejarah.Â