Tentu ini bukan penampilan terbaik Fajar/Rian. Apalagi harus kalah dua beruntun di awal turnamen. Padahal, di tahun 2022 lalu, Fajar/Rian menjadi andalan dan penampilannya konsisten.Â
Selepas juara All England 2023, Fajar/Rian mengalami penurunan performa. Jika masih belum konsisten, maka akan sulit bagi Fajar/Rian untuk bisa tampil di Olimpiade Paris.
Tentu kita berharap penampilan Fajar/Rian bisa kembali konsisten. Apalagi, di bulan Juni ini mereka juga harus tampil di Indonesia Open.Â
Selain Fajar/Rian, ganda putera kali ini banyak yang gugur di babak 16 besar. Kevin/Marcus, The Daddies, Bagas/Fikri, dan Prmudya/Yeremia harus pulang lebih cepat.Â
Satu-satunya ganda putera yang berhasil lolos ke perempat final adalah Leo/Daniel yang merupakan juara bertahan. Di perempat final, Leo/Daniel harus kalah oleh Aaron Chia/Soh Wooi Yik melalui rubber game.Â
Praktis, ganda putera yang menjadi andalan untuk mendulang gelar telah habis. Pasangan junior seperti Bagas/Fikri, Pramydya/Yeremia masih belum bermain konsisten.
Tentu ini bahaya. Apalagi, China sudah mempunyai calon ganda puteta andalan di masa mendatang. Yaitu Liang Wei Keng/Wang Chang. Pasangan ini sangat potensial untuk menjadi kekuatan nomor satu dunia.Â
Apalagi, mereka masih muda. Tentu kita berharap pemain muda kita bisa mengejar. Hal itu karena Fajar/Rian sudah memasuki usia emas dan The Daddies usia senja. Praktis, yang bisa mengejar adalah pasangan muda kita.Â
Tidak hanya ganda putera, semua sektor rontok di babak 16 besar. Di tunggal puteri, Gregoria harus kalah dari Tai Tzu Ying. Grego tidak pernah menang sekalipun melawan Tai Tzu Ying. Total ia sudah kalah delapan kali.Â
Tunggal puteri adalah sektor yang selalu dinanti untuk bisa juara. Pasalnya, sudah lama sektor ini mandeg. Di era Jorji saat ini, hanya Jorji seorang yang bisa ikut turnamen Super 750 ke atas.Â
Sisanya hanya bisa ikut turnamen Super 500 ke bawah. Hal itu karena ranking tunggal puteri kita masih jauh. Di 32 besar saja, Indonesia hanya diwakili Jorji.Â