Mohon tunggu...
Dani Ramdani
Dani Ramdani Mohon Tunggu... Lainnya - Ordinary people

Homo sapiens. Nulis yang receh-receh. Surel : daniramdani126@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Menerka Sosok Cawapres Ganjar Usai Resmi Diusung PDIP

23 April 2023   10:26 Diperbarui: 26 April 2023   05:01 1101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PDIP resmi mengusung Ganjar Pranowo sebagai capres untuk pemilu 2024. Hal itu disampaikan secara langsung oleh Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri di Batu Tulis, Bogor, Jawa Barat, Jum'at, 21 April 2023.

Setelah terjadi percikan di internal partai, PDIP akhirnya lebih memilih Ganjar sebagai capres. Sebelumnya, nama Puan Maharani santer dikabarkan maju. Apalagi saat itu sampai memunculkan Dewan Kolonel dan Dewan Kopral.

Sebagai kader partai, Ganjar ditingkatkan tugasnya menjadi capres. Dipilihnya Ganjar seolah mengulangi apa yang terjadi dengan Joko Widodo pada tahun 2014 lalu.

PDIP mengumumkan Jokowi sebagai capres menggunakan strategi last minute. Selain itu, Ganjar bukan golongan elit atau trah Soekarno. Itu sebabnya, dalam pidatonya Ganjar akan meneruskan apa yang telah dikerjakan Jokowi karena kesamaan latar belakangnya.

Tidak heran jika PDIP lebih memilih Ganjar sebagai capres. Hal itu karena elektabilitas Ganjar begitu superior dibanding calon lainnya. Ganjar selalu menempati posisi teratas dalam survei.

Meski begitu, jalan Ganjar untuk nyapres tidak mudah. Banyak pihak yang menyebut jika Ganjar harus melewati berbagai ujian termasuk di antaranya ketika ikut bersuara di Piala Dunia U20.

Saat itu, secara mengejutkan Ganjar mengeluarkan pernyataan menolak Israel di Piala Dunia U20. Tentu hal itu mengejutkan, apalagi Ganjar dikenal gila bola karena ia merupakan fans MU.

Tentu ada yang melatar belakangi pernyataan Ganjar. Ganjar seolah diuji loyalitasnya oleh PDIP. Dan benar saja, ia memang loyalis PDIP sejati. Hal ini beberapa kali ia sampaikan secara langsung.

Pernyataan Ganjar pun selaras dengan PDIP yang meromantisasi Soekarno. Ganjar lulus ujian, dan ia akhirnya diberi mandat untuk nyapres. Elektabilitas Ganjar memang sangat menjual. Jadi, sangat logis jika PDIP lebih memilih Ganjar.

Meski begitu, elektabilitas Ganjar justru menurun 7-9 persen setelah ikut bersuara di Piala Dunia U20. Hal itu bisa dilihat dalam hasil survei Indikator Politik Indonesia.

Elektabilitas Ganjar pada bulan Maret mencapai 27,7 persen. Setelah bersuara di Piala Dunia atau April, elektabilitas Ganjar menurun menjadi 19,8 persen.

Praktis, dengan hasil itu, kini elektabilitas Ganjar berada di bawah Prabowo Subianto dengan elektabilitas 22,2 persen.

Tentu yang menarik untuk kita nantikan adalah siapa sosok yang akan mendampingi Ganjar. Presiden Jokowi bahkan menyebut beberapa nama seperti Erick Thohir, Mahfud MD, hingga Prabowo Subianto.

Lalu, siapakah sosok yang akan menjadi wakil bagi Ganjar? Ada dua cara bagi PDIP untuk mengusung capres bagi Ganjar. Cara pertama tanpa berkoalisi, dan cara kedua dengan berkoalisi.

PDIP merupakan satu-satunya partai yang memenuhi ambang batas presiden. Suara kursi PDIP di parlemen mencapai 20 persen. Artinya, meski sendiri PDIP bisa saja mengusung calon dari kader sendiri.

Nama Puan Maharani atau Tri Risma Maharini bisa saja mengisi posisi tersebut jika PDIP tidak akan berkoalisi. Akan tetapi, hal itu terlalu beresiko karena mau tidak mau PDIP butuh partai lain.

Utamanya untuk mengerek kembali elektabilitas Ganjar yang turun pasca Piala Dunia U20. PDIP diketahui telah menjalin komunikasi dengan beberapa partai termasuk dengan Gerindera. PDIP pun santer diisukan akan bergabung dengan Koalisi Besar.

Akan tetapi, hal itu sulit teralisasi karena baik Gerindera dan Golkar masih mengusung ketua umumnya masing-masing. Tentu akan sulit bagi PDIP jika ingin memimpin kembali koalisi.

Apalagi, Gerindera pun berhasrat ingin memimpin koalisi dengan mengusung Parbowo Subianto sebagai capres. Tentu hal itu akan sulit terealisasi.

Hal itu bisa dilihat dari pernyataan Prabowo Subianto. Prabowo menyebut jika partai telah mencalonkannya sebagai capres. Selain itu, partainya juga agak kuat.

Jadi, jika melihat pernyataan itu sulit untuk merealisasikan duet Ganja-Prabowo atau sebaliknya.

Hal yang paling masuk akal adalah PDIP bisa saja berkoalisi dengan PPP atau PKB. Apalagi, banyak yang menyebut jika PDIP ikut bersuara di Piala Dunia U20 kemarin untuk mencari simpati dari pemilih "agamis."

Tentu kedua partai tersebut sangat memenuhi kriteria tadi. Apalagi, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar alias Cak Imim berhasrat ingin nyapres.

Ketika PKB ingin bergabung dengan KIB, tawaran itu sulit teralisasi karena ia ingin memimpin koalisi. Cak Imin pun menyatakan tidak masalah jika ia menjadi cawapres.

Cak Imin bisa saja menjadi opsi bagi Ganjar. Apalagi, PKB sangat erat dengan NU meski beberapa kali terjadi pertikaian antara Cak Imin dengan NU itu sendiri.

Meski begitu, keberadaan PKB memang tidak bisa dilepaskan dari NU. Jadi, PKB bisa menjadi opsi partai islam bagi PDIP. Ketika Ganjar didaulat jadi capres, Megawati memberi kopiah sebagai simbol nasionalis dan religius. Tentu keberadaan PKB bisa melengkapi hal tersebut.

Selain PKB, PPP juga bisa menjadi opsi lain bagi PDIP. Beredar kabar jika jika Sandiaga Uno akan berlabuh ke partai berlogo kabah tersebut. 

Sandiaga sendiri memiliki elektabilitas tinggi sebagai cawapres. Dalam survei Indikator Politik Indonesia, elektabilitas Sandiaga Uno sebesar 18,4 persen.

Sandiaga hanya kalah tipis dari Ridwan Kamil yang memiliki elektabilitas tertinggi. Elektabilias kader Golkar tersebut mencapai 19,7 persen. Meski begitu, langkah Ridwan Kamil untuk nyapres sepertinya akan sulit.

Apalagi Golkar masih tetap mengusung Airlangga Hartanto. Jadi, agak sulit kiranya bagi Ridwan Kamil untuk ikut berkontestasi dalam percaturan pilpres 2024. Besar kemungkinan Ridwan Kamil akan diproyeksikan kembali untuk Pigub Jabar.

Jadi, nama Sandiaga Uno adalah nama paling ideal untuk Ganjar. Selain itu, nama Sandiaga cukup bisa diperhitngkan. Ia pernah ikut berkontestasi di Pilkada DKI Jakarta dam Pemilu 2019. Saat ini pu, Sandiaga menjabat sebagai Kemenparekraf.

Menggandeng pasangan dengan latar belakang keagamaan bukan tidak mungkin terealisasi. Hal ini bisa dilihat saat Pemilu 2019 lalu di mana PDIP lebih memilih Ma'ruf Amin. Padahal, saat itu nama Mahfud MD diisukan maju.

Meski terlalu dini, tapi tentu yang akan menjadi pendamping Ganjar akan selalu menarik. Begitu juga dengan pendamping pasangan lain. Politik itu dinamis dan akan selalu berubah cepat karena kepentingan tidak bisa dipisahkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun