Sore biasanya kami ngabuburit berburu takjil. Lokasi yang dituju adalah alun-alun kecil yang ada di kota kami.Â
Jarak alun-alun dari rumah sekitar 2 km lebih. Tapi, saat itu karena tidak ada yang memiliki kendaraan pribadi, maka jalan kaki adalah pilihan terbaik.Â
Tubuh kecil kami dengan semangat menempuh jarak yang cukup jauh itu. Kira-kira setengah jam lebih barulah sampai.Â
Di sana, banyak takjil yang bisa dibeli. Tapi, hiburan yang paling menarik adalah balap tamiya. Nah, setiap sore setiap anak membawa mobil rakitannya sendiri untuk diadu.Â
Saya sendiri hanya bisa menonton karena pada saat itu belum mampu membeli. Pukul 5 sore, kami pulang dan kira-kira jam setengah 6 baru sampai rumah.Â
Setelah buka puasa, kegiatan dilanjutkan dengan kegiatan tarawih. Tak lupa, kami membawa buku tugas dari sekolah masing-masing.Â
Kami diberi tugas untuk merangkum isi ceramah sang ustadz. Sama seperti anak-anak yang lain, ketika shalat terawih dimulai, kami justru menghabiskan waktu di luar dengan bermain kembang api.Â
Ketika terawih selesai, kami langsung berburu tanda tangan ustadz. Sudah banyak anak-anak lain yang ikut megantre. Tapi, akhirnya tanda tangan itu didapat juga.Â
Seperti itulah kegiatan saya ketika masih kecil dulu di bulan ramadhan. Kegiatan tersebut sangat berkesan dan tidak bisa diulang kembali dengan usia yang sekarang.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H