Yang jelas, kita tidak memikirkan dampak sanksi dari FIFA di balik penolakan itu. Jadi, memegang prinsip itu mahal sampai harus mengubur mimpi anak bangsa sendiri dan mengorbankan masa depan sepak bola Indonesia.Â
Padahal jika kita berkepala dingin, bisa saja mencari jalan tengah. Hal ini karena bukan kali ini saja Isrsel datang ke Indonesia.Â
Lebih dari itu, pada acara IPU di Bali parlemen Israel datang yang jelas-jelas politik sekali. Tapi, tetap jalan. Tahun 2015, atlet asal Israel main di Istora Senyan.
Mengapa sepak bola tidak bisa? Padahal jika kita ingin menolak bisa dengan cara lain. Misalnya mengganti entitas Israel dengan nama federasi sepak bolanya.Â
Mengganti bendera negara dengan logo federasi bolanya. Untuk lagu kebangsaan juga bisa diganti. Hal ini bisa kita lihat pada Olimpiade 2021 lalu di Tokyo. Russia tampil dengan nama ROC. Hal serupa bisa saja terjadi.Â
Toh jika kita tetap konsisten, pada Agustus 2023 ada ANOC World Beach di Bali. Di mana Israel ikut serta di sana.Â
Apakah sikap politisi akan tetap sama? Atau hanya untuk sepak bola saja yang pamornya jauh lebih besar? Entahlah. Kita lihat saja apakah akan ada drama lain atau tidak.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H