Mohon tunggu...
Dani Ramdani
Dani Ramdani Mohon Tunggu... Lainnya - Ordinary people

Homo sapiens. Nulis yang receh-receh. Surel : daniramdani126@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Menyoal Penolakan Timnas Israel di Piala Dunia U20, Bagaimana Kita Harus Bersikap?

21 Maret 2023   09:28 Diperbarui: 21 Maret 2023   12:46 1355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para demonstran yang menolak kedatangan Timnas Israel di Piala Dunia U-20. Foto: KOMPAS.COM

Suatu kehormatan bagi Indonesia karena bisa menjadi tuan rumah Piala Dunia U20. Tentu ini menjadi momen penting untuk kebangkitan sepak bola nasional. 

Meski begitu, ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan. Salah satunya terkait penolakan Timnas Israel oleh beberapa kalangan. Sebelumnya, MUI telah melakukan pertemuan dengan sejumlah ormas islam. 

Hasilnya, menurut MUI mayoritas ormas islam menolak karena perlakuan Israel terhadap Palestina. Selain itu, alasan lainnya adalah amanat preambule UUD 1945.

Lebih jauh dari itu, selama ini Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel. Dengan beberapa masalah itu, penolakan terus terjadi. 

Pada hari Senin (20/03/2023), unjuk rasa dilakukan Persudaraan Alumni 212 (PA 212) untuk menolak kehadiran Timnas Israel U20 di Indonesia.

Alasannya beragam, mulai dari amanat konstitusi, tidak ada hubungan diplomatik, hingga sebagai bentuk dukungan kepada Palestina. 

Selain itu, banyak yang menyamakan dengan Piala Dunia Qatar kemarin yang mana Russia kala itu tidak ikut tampil. 

Lolosnya Israel

Seperti yang kita ketahui, untuk bisa mentas di Piala Dunia U20 harus melalui beberapa tahap. Artinya, untuk bisa main di Piala Dunia U20 tidak mudah. 

Israel telah melakoni tahap tersebut. Israel lolos melalui jalur Piala Eropa. Israel berhasil melaju ke semifinal dan layak tampil di Piala Dunia U20.

Jika kita menolak, maka jelas itu tidak adil karena dari sisi aturan Israel bisa bermain di Piala Dunia berdasarkan aturan yang dibuat FIFA. Maka, ini akan menciderai sikap fair play. 

Perlu diingat Indonesia adalah tuan rumah. Kewajiban Indonesia adalah menyiapkan semua fasilitas sebaik mungkin. Terkait aturan, tentu yang dipakai adalah aturan FIFA yang independen. 

Selain itu, secara aturan juga Indonesia tidak bisa menolak karena seperti yang telah dibahas di atas, lolosnya Israel sudah sesuai dengan aturan FIFA. 

Berbeda dengan Russia yang tidak tampil di Piala Dunia Qatar. Sebelumnya FIFA yang melarang segala aktivitas sepak bola Russia di ajang internasional. Termasuk UEFA pun melarang. 

Akibatnya, Timnas Russia dan klub tidak bisa tampil di ajang internasional termasuk Piala Dunia. Jadi, Qatar tidak menolak Russia melainkan FIFA telah membekukan Russia lebih dulu karena invasi ke Ukraina. 

Dengan berkaca pada hal itu, maka jelas Indonesia tidak memiliki kekuatan untuk menolak. Lalu, bagaimana dengan hubungan diplomatik? 

Terkait itu, kita bisa merujuk pada tahun 2015 silam. Dalam Kejuaraan Dunia Badminton 2015 seorang atlet Israel, Misha Zilbermain, masuk ke Indonesia dengan penjagaan ketat setelah visanya tertahan cukup lama.

Saat itu, Misha harus menunggu selama dua bulan untuk bisa bermain di Indonesia. Selain itu, BWF juga memberi ancaman pada Indonesia tidak akan menjadi tuan rumah lagi jika Misha tidak bermain. 

Hal serupa juga bisa terjadi jika Indonesia menolak Israel. Bukan tidak mungkin Indonesia akan dicoret jadi tuan rumah dalam event internasional. Lebih jauh dari itu disanksi oleh FIFA. 

Selain itu, dengan berkibarnya bendera dan lagu kebangsaan Israel bukan berarti kita membuka hubungan diplomatik. Hubungan diplomatik jelas ditandai dengan adanya kantor kedutaan di tanah air. 

Dalam hukum internasional, kedutaan adalah representasi dari sebuah negara. Tapi, ini sepak bola. Menyediakan fasilitas untuk semua tamu termasuk Israel bukan berarti membuka hubungan diplomatik. 

Selain itu, kita juga bisa mencari jalan tengah terkait masalah ini. Misalnya mengganti nama Israel dengan nama lain seperti dalam badminton.

Sejauh ini, Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Taiwan. Tapi, Chou Tien Chen hingga Tai Tzu Ying bisa mentas di Senayan mewakili Chinese Taipei. Hal serupa bisa dilakukan pada Israel. 

Lebih jauh dari itu, jika kita menolak maka harus siap dengan sanksi yang diterima. Bukan tidak mungkin, kita akan kembali dibekukan oleh FIFA dan jelas itu adalah kemunduran bagi sepak bola nasional. 

Berkaca pada tahun 1962, Presiden Sukarno menolak memberikan visa kepada delegasi Israel yang hendak mengikuti Asian Games. Akibatnya, Indonesia diskors dari Komite Olimpiade Internasional (IOC) dan dilarang mengikuti Olimpiade Musim Panas 1964.

Jika kita tetap menolak. Maka harus siap dengan konsekuensi di atas. Jika memang ingin menolak maka seharusnya sejak awal tidak mengajukan diri jadi tuan rumah. 

Hal itu karena Israel adalah anggota FIFA sehingga kemungkinan untuk lolos besar. Begitu juga dengan Piala Duni 2034 yang menjadi target selanjutnya, Israel pun memiliki kans untuk lolos. 

Lebih jauh dari itu, Pak Jokowi menyebut jika Indonesia ingin menjadi tuan rumah Olimpiade. Maka segala risiko harus segera dipikirkan. 

Jika kita gagal dalam menyelenggarakan Piala Dunia U20, jangan harap Indonesia akan ditunjuk jadi tuan rumah event internasional lagi. 

Jadi, tidak ada alasan kuat untuk menolak Israel karena sejak awal Indonesia telah mengajukan diri jadi tuan rumah. Bagi saya, dengan keputusan itu pemerintah juga telah memikirkan kemungkinan ini. 

Mainan politik

Jangan sampai polemik Timnas Israel justru jadi mainan politik. Apalagi saat ini tengah memasuki tahun politik. Hal itu bisa dilihat bagaimana PKS dengan lantang menolak kehadiran Israel. 

Memang seharusnya olahraga dan politik dipisahkan meski belakangan hal ini sulit dilakukan. Jangan sampai Piala Dunia yang sejatinya ajang olahrga menjadi panggung politik segelintir orang. 

Selain itu, Dubes Palestina, Zuhair Al Shun paham akan posisi Indonesia. Menurutnya Indonesia adalah tuan rumah. Sementara untuk aturan kompetisi diatur oleh FIFA. 

"Kita tahu bahwa masing-masing federasi di dunia ini memiliki aturan-aturannya sendiri termasuk FIFA. Dalam kaitan ini kita tahu bahwa Indonesia telah berhasil memenangkan sebagai tuan rumah penyelenggaraan dunia U-20," tutur Zuhair

Jadi, ikutnya Israel bukan berarti Indonesia membuka hubungan diplomatik tapi karena konsekuensi Israel sebagai anggota FIFA yang berhak bermain di Piala Dunia. 

Toh pemerintah Palestina pun tahu kondisi yang sebenarnya. Lantas, mengapa kita tidak bisa menerima? Kita pun seharusnya bersikap seperti itu. 

Dengan menolak Israel, maka sepak bola Indonesia mendapat pandangan negatif di mata dunia. Jadi, sebagai tuan rumah yang baik maka kita harus menyambut tamu sebaik mungkin. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun