Permainan Ginting sangat baik. Apalagi saat merebut gim pertama, Ginting yang tertinggal 3 poin berhasil meraih 5 poin beruntun dan menyudahi gim pertama dengan skor 22-20.
Pada gim kedua, Ginting sering melakukan kesalahan dan Prannoy berhasl menang dengan skor 21-14. Pada gim ketiga, Ginting tampil lepas dan menang dengan skor 21-17.
Peluang untuk juara terbuka lebar bagi Ginting apalagi setelah Axelsen tumbang. Saat Axelsen tidak ikut turnamen, banyak yang menyebut kekuatan tunggal putera merata. Kini, saatnya Ginting memanfaatkan momen tersebut.Â
Meski begitu, di perempat final Ginting akan bersua rekan senegara Axelsen yaitu Anders Antonsen. Sama seperti Jorji, Asa untuk akhiri 3 dekade puasa gelar bisa saja diakhiri oleh Ginting. Peluang itu masih ada jika Ginting terus konsisten.Â
Ganda putri, 44 tahun tanpa gelar
Nasib ganda putri di All England jauh lebih mengenaskan. Terakhir kali ganda putri juara All England adalah tahun 1979 ketika Verawaty Fadjrin/Imelda Wiguna mengalahkan Atsuko Tokuda/Mikiko Takada pada partai final di Wembley, London.
Artinya sudah 4 dekade lebih atau 44 tahun ganda putri puasa gelar All England. Apriyani/Fadia yang menjadi satu-satunya wakil di All England kali ini tentu bisa memberi kita harapan untuk akhiri paceklik gelar.Â
Apalagi Apriyani memiliki banyak pengalaman saat masih berpasangan dengan Greysia Polii. Tentu yang paling kita ingat adalah saat meraih medali emas Olimpiade Tokyo 2021.
Saat itu, Apriyani/Polii juga berhasil mencetak sejarah karena menjadi ganda putri pertama yang meraih medali emas olimpiade. Dengan pengalaman itu, Apriyani bisa saja mengakhiri puasa gelar yang sudah lama ini.Â
Sejak duet dengan Fadia, bolehlah kita berharap pada pasangan ini karena telah mencatatkan debut yang sukses. Medali emas SEA Games 2021, juara Malaysia Open dan Singapore Open 2022 adalah bukti.Â