Alasan Mitoma menolak lantaran ia merasa belum siap menghadapi kompetisi yang berat. Mitoma memilih melanjutkan studi ke Universitas Tsubuka. Universitas Tsubuka merupakan kampus yang konsisten masuk sepuluh terbaik di Jepang.Â
Di Universitas Tsubuka, Mitoma mengambil jurusan Physical Education. Alasan Mitoma memilih melanjutkan studi karena ia merasa untuk menjadi atlet membutuhkan pengetahuan mendasar tentang olahraga.Â
Meski bergelut dengan pendidikan, Mitoma tetap aktif di dunia sepak bola di kampus. Seperti yang kita ketahui, di Jepang kompetisi antarsekolah dan kampus memang berstandar tinggi.
Banyak pemain Jepang yang merintis karier sepak bolanya di kampus. Setelah itu mereka biasanya melancong ke Eropa. Di Liga Indonesia sendiri banyak pemain Jepang yang mengawali kariernya di kampus.Â
Mitoma akhirnya menyelesaikan kuliahnya tepat waktu. Penelitian Mitoma memang unik, ia meneliti tentang dribel. Dalam penelitian itu, Mitoma mencoba mencari jawaban akurat bagimana cara melewati lawan dengan efektif.Â
Dalam penelitiannya, Mitoma dibantu oleh rekan-rekannya. Tak hanya itu, Mitoma juga menjadi objek penelitiannya sendiri. Ia memasang kamera GoPro di kepalanya dan melakukan dribel seperti biasanya.Â
Dari hasil penelitiannya, Mitoma menyusun hipotesis bagaimana melakukan dribel yang sukses. Penelitian itu sampai pada satu kesimpulan bahwa titik gravitasi berperan penting dalam menentukan momen dribel yang tepat.Â
Mitoma menilai bahwa pemain yang punya dribel yang baik lebih memerhatikan lawan dan ruang di depannya daripada melihat bola di bawah.
Jadi, dengan memerhatikan titik gravitasi dan ruang yang terbentuk di depan lawan adalah kunci melakukan dribel yang sukses.
Meski begitu, tentu tesis Mitoma perlu diuji. Dan Mitoma telah menguji sendiri teorinya. Ia kini menjadi salah satu pendribel yang dibicarakan banyak orang.Â