Sabtu, 26 November 2022 lalu Relawan Jokowi dari seluruh penjuru negeri berkumpul di kawasan Stadion Utama Gelora Bung Karno dengan tajuk Gerakan Nusantara Bersatu.Â
Acara tersebut diklaim dihadiri oleh 150 ribu relawan dari seluruh pelosok negeri. Kehadiran Relawan Jokowi di kawasan Senayan itu mendapat respon beragam.Â
Meski begitu, kebanyakan respon di media sosial terutama twitter justru negatif. Misalnya tweet dari penggemar sepak bola yang sempat menyinggung jika Stadion Gelora Bung Karno tak boleh digunakan dengan dalih untuk persiapan Piala Dunia U-20.
Hal itu sempat disampaikan oleh Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali yang menyebut jika Stadion Gelora Bung Karno akan direnovasi. Belakangan hal itu dibantah oleh Pak Basuki selaku Menteri PUPR.Â
Netizen juga menyinggung mengapa Timnas Indonesia yang akan berlaga di AFF tak boleh memakai stadion tersebut. Belakangan PSSI menyatakan jika Timnas Indonesia akan memakai Stadion Gelora Bung Karno sebagai kandang di Piala AFF.Â
Tak hanya sentimen negatif dari pecinta bola, sentimen negatif juga dikaitkan dengan momen yang tidak pas. Pasalnya acara silaturrahmi tersebut dianggap tidak berempati pada korban gempa Cianjur.Â
Hal lain yang disoroti adalah sampah yang dihasilkan dari acara tersebut sangat besar. Setelah acara selesai, sampah yang dihasilkan oleh Relawan Jokowi mencapai 31 ton.Â
Kepala Dinas LH DKI Jakarta, Asep Kuswanto mengatakan, membebaskan GBK dari sampah-sampah itu membutuhkan bantuan 500 orang pasukan oranye di sore hari.
Ada yang menarik dalam acara relawan tersebut. Dalam sambutannya Joko Widodo mewanti-wanti pada relawan untuk memilih pemimpin yang memikirkan rakyat.Â
Jokowi menyebut orang tersebut memiliki kerutan di dahinya. Bahkan rambutnya sampai memutih lantaran di pikirkannya hanya ada rakyat. Tentu apa yang disampaikan oleh Jokowi tersebut seakan meng-endorse seseorang yang sudah tentu jawabannya tak jauh dari seorang Ganjar Pranowo.Â
Sosok si rambut putih
Jika ditelisik lebih jauh, bukan kali ini saja Jokowi menyatakan dukungan politiknya pada seseorang. Meski hal tersebut hanya sebatas pernyataan, akan tetapi jika seorang presiden yang menyampaikan tentu akan memiliki pesan politik tersendiri.Â
Misalnya dalam acara ulang tahun Perindo yang ke-8. Dalam acara itu, terlihat hadir Prabowo Subianto. Jokowi menyebut agar setiap partai berhati-hati dalam memilih capres dan cawapres.Â
Begitu juga Jokowi menyebut pada tahun 2024 nanti adalah milik Prabowo. Meski tidak secara eksplisit, hal itu cukup menunjukkan jika Jokowi memberi sinyal pada Prabowo dan mengendorse-nya.Â
Prabowo yang hadir di situ terlihat menghaturkan terima kasih pada Jokowi. Pernyataan itu masuk akal. Hal itu tak bisa lepas dari beberapa indikator.Â
Misalnya dalam beberapa survei elektabilitas Prabowo selalu di atas. Pun begitu dengan calon partai yang akan berkoalisi dengan Gerindera yakni PKB. Indikator itulah yang membuat Jokowi menyatakan dukungan secara tak langsung pada Prabowo.
Begitu juga dengan cara Jokowi yang mencoba meng-endorse si rambut putih di kalangan para relawannya. Bedanya dengan yang atas adalah Jokowi hanya memberi klue si rambut putih dan dahinya punya kerutan.
Banyak kalangan Jokowi disebut meng-endorse Ganjar Pranowo. Gerakan relawan kemarin seolah menunjukkan bahwa Jokowi memiliki pengaruh yang besar tanpa melibatkan partai tempat ia bernaung.Â
Hal itu juga bisa dimaknai sebagai simbol perlawanan kepada PDI-P yang sampai saat ini masih menginginkan Puan untuk maju. Sikap Jokowi pun dinilai tak sejalan dengan partai ia tempat bernaung.Â
Jika dilihat ke belakang, bukan kali ini saja Jokowi secara implisit mendukung Ganjar. Pada acara rakernas Projo pun Jokowi seakan mendukung Ganjar.Â
Dalam acara tersebut, Jokowi menyebut kepada relawannya agar tidak terburu-buru mendeklarasikan capres meski sang capres "hadir di sini." Dalam acara itu juga Ganjar Pranowo hadir.Â
Tentu yang dimaksud Jokowi pasti mengarah para Ganjar. Penilaian yang digunakan jelas dari elektabilitas Ganjar yang selalu di atas. Namun dalam dua kesempatan itu Jokowi menyatakan dukungannya selalu lewat relawan.Â
Dengan kata lain, meski tanpa parpol sekali pun pengaruh Jokowi sangat kuat di kalangan relawan. Bahkan beberapa waktu lalu muncul perselisihan antara Dewan Kolonel dan Dewan Kopral.Â
Dewan Kopral merupakan representasi orang non-parpol yang terus mendukung Ganjar. Sementara Dewan Kolonel representasi dari para elit parpol.
Nama Ganjar juga selalu muncul bahkan PSI telah mencuri start dengan mendukung Ganjar sebagai capres. Meski kita tahu jika hal itu tak akan berpengaruh sama sekali karena PSI tak lolos parlemen.Â
Namun, dukungan Jokowi pada Ganjar bukan kali ini saja. Dalam dua kesempatan terakhir di depan para relawan Jokowi selalu mengendorse Ganjar. Jokowi tahu jika hal itu dilakukan di internal parpol akan sulit karena sampai saat ini PDI-P masih konsisten dengan Puan.Â
Untuk itu, Jokowi menyampaikan hal itu depan simpatisannya. Hal itu juga untuk menunjukkan jika pengaruh Jokowi masih besar di kalangan relawan. Dan relawan adalah tempat yang pas untuk mengendorse si rambut putih.Â
Dikritik PDI-P
Acara musyawarah di GBK itu tak lepas dari kritik bahkan kritik itu datang dari partai Jokowi bernaung yakni PDI-P. Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto. Menurutnya apa yang terjadi di GBK tak sesuai dengan watak kepemimpinan Jokowi.Â
Jokowi dinilai bukan orang yang memobilisasi masa. Tapi Jokowi dinilai sebagai pemimpin yang dekat dengan rakyat dengan cara blusukan. Datang langsung pada rakyat.Â
"PDI Perjuangan menegaskan bahwa watak kepemimpinan Pak Jokowi adalah politik pemberdayaan rakyat dengan blusukan, turun ke bawah, bukan politik mobilisasi sebagaimana terjadi di Gelora Bung Karno belum lama ini," kata Hasto Kristiyanto dalam keterangan tertulisnya, Senin (28/11/2022).
Meski mendapat sokongan penuh dari relawan. Dalam praktiknya tetap saja untuk mencalonkan capres harus tetap melalui partai politik. Itu artinya kekuatan relawan saja tidak cukup untuk mengendorse si rambut putih.Â
Toh keputusan akhir tetap ada di partai politik. Partai politik lah yang akan memutuskan capres yang akan bertarung nanti. Tak sedikit yang menyebut jika apa yang dilakukan relawan kemarin sia-sia karena lawannya adalah partai politik. Meski acara tersebut sukses membuat elit parpol tersentil.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H