Minggu pagi (30/10/2022) saya membuka trending topic di twitter. Kata "Itaewon" masuk trending pertama dengan cuitan kurang lebih 500 ribu tweet.
Itaewon merupakan salah satu distrik di Seoul, Korea Selatan yang tengah merayakan Halloween. Akan tetapi, perayaan tersebut justru merenggut ratusan nyawa.
Hal tersebut dipicu lantaran padatnya manusia yang berkumpul di kawasan Itaewon. Ratusan orang terjebak di dalam gang sempit sehingga mereka berdesakan dan mereka terkena henti jantung.
Tentu insiden itu cukup mirip dengan tragedi Kanjuruhan beberapa waktu lalu yang merenggut banyak korban. Baik di Kanjuruhan mau pun di Itaewon saling berdesakan. Hanya saja penyebabnya saja yang berbeda.
Di sisi lain, di tanah Arab tepatnya di Riyadh, ratusan orang terlihat merayakan Halloween dengan kostum khas masing-masing.
Acara yang bertajuk "Scary Weekend" itu berpusat di The Boulevard Riyadh City mulai Kamis (27/10/2022) hingga Jumat (28/10).
Warga sekitar diberikan akses gratis untuk mengisi acara tersebut dengan catatan memakai kostum yang unik. Acara ini didesain untuk meningkatkan kreativitas warga Arab Saudi dalam bentuk desain kostum.
Tujuannya tak lain adalah membuat acara yang menegangkan, menyeramkan, dan mengasyikan dengan adu kreativitas kostum.
Warga yang bergabung dalam acara itu tak lain untuk bersenang-senang. Bahkan ada yang menyebut jika acara tersebut entah halal atau haram. Jika dulu acara ini dilarang, berbeda dengan sekarang yang menyebut jika acara tersebut tak merugikan pihak mana pun.
Kostum yang dipakai oleh warga juga terbilang unik. Ada yang berangkat dari mitologi seperti zombie dan ada juga yang memakai topeng seram yang dipadukan dengan gamis dan sorban.
Netizen di Indonesia juga melihat fenomena ini dari beberapa sudut pandang. Ada yang menyebut jika kiamat sudah dekat, ada yang menyebut Arab sudah mulai sekuler, hingga arus modernisasi yang kuat.
Disertivikasi Ekonomi
Arab Saudi disebut-sebut membuka diri pada kultur modern terutama sejak Mohammed bin Salman (MBS) naik tahta pada tahun 2017 lalu.
Selama ini kekuatan ekonomi Arab Saudi tentu dari hasil minyak bumi. Akan tetapi harga minyak sendiri sering kali naik turun sehingga MBS berusaha membuka pintu lain seperti di dunia hiburan.
Kebijakan inilah yang dinilai membuat Arab Saudi mulai membuka diri pada budaya lain yang selama ini dikenal konservatif. Akibat kebijakan ini juga mulai ada perubahan dari sisi sosial budaya masyarakat Arab.
Selain itu, kebijakan disertivikasi juga dinilai membongkar kultur konservatif Arab Saudi. Setidaknya ada beberapa kebijakan yang dinilai mendobrak kultur konservatif negara Arab.
Pertama, pemerintah mengijinkan pakaian berbikini di pantai. Salah satu wilayah di Arab Saudi yakni King Abdullah City mulai melonggarkan aturan sosialya.
Misalkan membolehlan wanita memakai bikini di pantai privatnya. Bahkan mengijinkan pasangan yang bukan suami istri berecengkerama di kawasan itu.
Kedua, kebijakan yang tak kalah mendongkrak lainnya adalah perempuan di Arab Saudi sudah diperbolehkan menyetir mobil sendiri. Sejurus dengan itu, beberapa sarana hiburan juga dibuka.
Seperti bioskop dan konser musik yang sudah dilarang tiga dekade silam. Bahkan beberapa musisi dunia seperti David Guetta hingga idol KPop BTS juga pernah konser di Arab Saudi.
Selain itu, para penonton baik laki-laki dan perempuan juga bisa berbaur. Tentu hal itu tidak pernah terpikirkan sama sekali. Meski begitu, dalam beberapa laporan terakhir justru terjadi pelecehan seksual.
Kritik
Tentu yang terjadi di sana tidak akan lepas dari yang namanya kritik. Apalagi perayaan Halloween itu bersamaan dengan Maulid Nabi Muhammad SAW. Di beberapa daerah, khususnya di daerah saya banyak yang memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Di Arab Saudi justru peringatan Maulid Nabi dilarang karena dekat dengan praktik tahayul. Tentu ini tidak sejalan dengan pesta Halloween di atas yang jelas-jelas tidak ada dalam tradisi islam.
Meski begitu, saya sendiri memiliki pandangan tersendiri terkait dua kejadian di atas. Saya hanya melihat dari sisi kemanfaatannya saja. Jika memberi manfaat ya ikuti jika tidak tinggalkan.
Apa yang terjadi di Arab Saudi mungkin sudah masuk ke dalam fase globaliasi. Dan di Indonesia fase itu sudah sejak lama terjadi. Dan kita di Indonesia jangan sangkut pautkan apa yang terjadi di Arab sana dengan akhir zaman.
Saya rasa ini bagian dari globalisasi yang tidak bisa dihindari lagi. Saya tidak ingin melihat apa yang terjadi di sana dari sudut pandang islam karena ilmu saya masih kurang.
Akan tetapi, ukuran benar dan salah yang saya pakai tetap sama dan tidak berdasar pada dosa atau tidak. Tapi dilihat dari sisi kemanfaatan. Jika memberi manfaat pada diri sendiri atau orang lain maka itu benar pun sebaliknya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H