Lalu terkait dengan pasangan prabowo masih menjadi teka-teki. Akan tetapi nama Cak Imin tentu tidak bisa dikesampingkan. Cak Imin memang berambisi untuk bertarung pada pilpres 2024 nanti minimal menjadi cawapres.
Meski begitu, Gerindera-PKB masih membuka peluang bagi partai lain untuk ikut bergabung. Jika PDI-P bergabung, maka akan terjadi tiga poros capres.Â
Tentu hal itu bisa saja terjadi mengingat politik dinamis. Namun akan ada perubahan dari sisi capres mau pun cawapres. Kemungkinan nama Cak Imin akan tergusur jika PDI-P masuk.
PDI-P
PDI-P adalah satu-satunya partai yang memiliki tiket untuk nyapres pada pilpres 2024 nanti. Hal itu karena jumlah kursi PDI-P sudah cukup untuk memenuhi nilai ambang batas presiden.
Namun sampai saat ini PDI-P masih gamang dalam menentukan capres. Di kalangan elit, Puan Maharani tetap menjadi nomor satu meski berbanding terbalik dengan elektabilitasnya.
Di kalangan akar rumput, nama Ganjar masih menjadi idola. PSI bahkan telah mencuri start dengan mengusung Ganjar sebagai capres dalam pilpres 2024 nanti.
Namun baik Ganjar dan Puan bisa dipasangkan sekaligus. Jika demikian, maka empat poros capres akan tercipta. Tentu ini jauh lebih baik daripada hanya ada dua poros yang rentan dengan perpecahan.
Jika melihat kondisi saat ini, minimal tiga poros capres akan terbentuk. Tentu ini menarik dan aroma Pilkada DKI 2017 amat kental. Bagaimana tidak, Anies dan AHY adalah lawan pada Pilkada DKI 2017 lalu.
Kini, setelah berseberangan di DKI keduanya berpotensi akan berpasangan. Di sisi lain, Anies juga akan melawan Prabowo yang telah mengusungnya di Pilkada 2017 lalu.
Bahkan Gerindera menyebut Prabowo siap bertarung melawan Anies. Artinya kejadian 2014 kembali terjadi di mana Prabowo akan melawan orang yang diusungnya di DKI.
Ketika Pilgub DKI 2012 lalu, Prabowo menjadi salah satu pengusung Joko Widodo. Akan tetapi keduanya saling sikut pada pilpres 2014. Pada pilpres 2024 nanti Prabowo kembali akan melawan anak yang diusungnya di DKI yakni Anies Baswedan.