Mohon tunggu...
Dani Ramdani
Dani Ramdani Mohon Tunggu... Lainnya - Ordinary people

Homo sapiens. Nulis yang receh-receh. Surel : daniramdani126@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Dear Baim Wong dan Paula, KDRT Tak Pantas Dijadikan Konten Prank

4 Oktober 2022   17:41 Diperbarui: 4 Oktober 2022   17:47 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Entah apa yang ada di dalam isi kepala Baim dan Paula, keduanya kelewat batas karena konten prank polisi dengan kasus KDRT. Memalukan!

Nama Baim dan Paula kembali menjadi buah bibir warganet. Hal itu karena dua sejoli itu kembali berulah dengan konten prank yang dibuat. Tak tanggung, korban prank konten mereka adalah polisi.

Setelah beberapa jam tayang pada Sabtu (01/10/2022) video tersebut langsung kena take down. Meski begitu, ada beberapa momen yang berhasil diabadikan oleh netizen melalui rekaman layar.

Di dalam cuplikan video, Baim meminta sang istri (Paula) untuk pergi ke Polsek untuk melaporkan kejadian KDRT. Paula lantas bertanya bagaimana jika polisi meminta bukti.

Baim kemudian menjelaskan pada Paula untuk meminta visum. Ada satu hal yang menggelikan, ketika istrinya memberi keterangan palsu tersebut Baim Wong malah ketawa-ketiwi di mobi. Fiks, moralnya sudah terdegradasi.

Saya sendiri tidak tahu ending video itu seperti apa. Namun di akhir video katanya mereka memberikan simpati pada Lesti Kejora yang terkena kasus KDRT.

Sungguh tidak manusiawi. Di sini Baim dan Paula seolah-olah apa yang dialami oleh Lesti hanya fiktif, candaan. Itu sebabnya ia kemudian membuat konten seperti itu.

Padahal KDRT bukan kasus ringan. Di saat semua orang sudah peduli dengan KDRT, Baim dan Paula justru membuat konten candaan jika KDRT bukan masalah besar.

Selain itu, dengan adanya konten dari Baim maka akan terbentuk stigma jika untuk melapor kasus KDRT akan percuma. Terutama bagi korban karena konten yang dibuat Baim.

Butuh keberanian ekstra bagi korban KDRT untuk memberanikan diri melapor pada pihak berwajib. Apalagi pihak yang dilaporkan adalah pasangan hidup. Tidak semua orang berani.

Apa yang dilakukan Baim justru akan membuat korban KDRT justru makin enggan melapor karena dikira hanya candaan. Tentu Baim tidak memikirkan efek domino dari konten yang ia buat.

Kini Baim telah mengaku bahwa ia salah dan mendapat banyak pembelajaran. Baim selalu memakai pola yang sama. Buat konten, viral, minta maaf. Selesai. Seakan-akan semua masalah bisa selesai dengan kata maaf.

Pola pikir Baim menurut saya kebalik. Seharusnya sebelum membuat konten hendaknya berpikir dulu. Ini terbalik, setelah konten jadi justru baru terpikirkan konsekuensi yang diterima.

Kita sebagai warganet hendaknya tidak melakukan pembiaran dengan konten seperti itu. Untuik meng-cancel perbuatan di atas bagi saya gampang, jangab tonton dan jangan berlangganan. Selesai. Jika pasarnya hilang konten pun tamat.

Di sisi lain, Baim pun tidak memikirkan atau tidak tahu konsekuensi membuat laporan palsu. Ini menjadi bukti bahwa konten yang ia buat terlalu sembrono. 

Padahal di dalam Pasal 220 KUHP seseorang yang membuat laporan palsu bisa dikenakan pidana satu tahun empat bulan penjara.

Mengapa Baim sebenari itu? Hal itu karena pembiaran yang dilakukan oleh kita semua, yakni menormalisasi konten prank dan menganggap selesai karena kata "maaf" yang mungkin saja bisa menjadi toxic.

Di sisi lain, aparat hukum juga tak boleh tinggal diam. Tentu perbuatan Baim adalah bentuk merendahkan institusi penegak hukum. Polri harus menindak Baim, tidak peduli ia seorang figur publik atau bukan. 

Apa yang dilakukan Baim sudah tidak masuk menjadi candaan. KDRT bukan masalah sepele dan tak pantas menjadi korban prank. Prank adalah titik terendah dalam komedi, buruk.

Bukan kali pertama

Konten Baim bukan kali ini saya viral dan menjad gunjingan warganet. Kita masih ingat dengan konten seorang Kakek Suhud penjual buku yang meminta kebaikan Baim.

Nahas, Baim angkuh dan meminta si kakek untuk kerja keras bukan minta-minta. Baim kemudian menyindir si kakek dengan memberi uang pada ojol. Menurut Baim si ojol mau kerja tidak hanya minta-minta.

Padahal itu konsekuensi Baim yang selalu membuat konten berbagi. Mau tak mau Baim dianggap oleh orang sebagai sosok dermawan meski kamera selalu di tangan. Itu adalah branding yang berusaha ia bangun.

Orang miskin bagi Baim adalah ladang untuk konten. Mereka dikapitalisasi. Konten berbau kemiskinan memang menuai pro kontra karena sensitif.

Selain kasus di atas, Baim juga pernah berniat mendaftarkan Citayam Fashion Week ke Haki. Itu pun menjadi hujatan netizen karena dianggap mencuri kreasi si miskin.

Jadi, bagi saya apa yang dilakukan Baim dan Paula jelas tidak bermutu. Belum lagi konten tersebut bertepatan dengan Lesti yang tengah tersandung kasus KDRT.

Atau jangan-jangan itu tujuannya? Mumpung viral jadi buat konten. Dapat uang. Naif sekali. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun