Begitu juga di lini serang. Rabbani yang menjadi pelapis Hokky Caraka bermain apik. Baik Rabbani dan Hokky sama-sama memiliki keunggulan dalam duel bola udara.
Buktinya dua gol yang dicetak oleh Rabbani lahir dari sundulan kepala. Begitu juga dengan Hokky yang mampu tampil dengan baik. Dengan kata lain, baik Rabbani dan Hokky sama-sama kuat dalam duel bola udara.
Gol-gol yang dicetak Indonesia pada dua laga terakhir lahir dari skema open play. Hanya tiga gol yang lahir dari bola mati. Selebihnya melalui kerja sama tim.
Selain itu, penampilan Aditya yang bermain menggantikan Cahya juga baik. Ia bahkan langsung bisa menepis tendangan penalti saat baru masuk. Meski Cahya tampil luar biasa, akan tetapi pelapisnya juga tampil tidak jauh berbeda dari Cahya.
Dengan materi yang ada, bisa dikatakan kualitas antara pemain utama dan pelapis cukup merata. Bahkan kedalaman skuad Indonesia merata untuk semua lini.
Meski bisa dibilang saya terlalu berlebihan. Jika berkaca pada dua laga yang telah dijalani agaknya memang seperti itu.
Di sisi lain, merombak tim adalah salah satu cara STY untuk menjaga kebugaran tim. Apalagi jeda bermain hanya satu hari. Tentu pemain butuh waktu istirahat yang lebih.
Perombakan pemain secara besar-besaran tidak lain untuk menyimpan kekuatan guna melawan Vietnam.
Lawan sebenarnya
Dalam dua laga yang sudah dijalani, di atas kertas Indonesia unggul dari Hong Kong dan Timor Leste. Bahkan Indonesia mampu mencetak sembilan gol dari dua laga.
Tentu hal tersebut cukup membuktikan jika kualitas Indonesia berada di atas Hong Kong dan Timor Leste. Apalagi pada dua laga tersebut, Indonesia bermain dominan berani pegang bola.
Hal tersebut membuat Indonesia bisa mengatur tempo permainan. Seperti pada laga melawan Hong Kong, ketika unggul jauh Indonesia bisa menurunkan tempo.