Mohon tunggu...
Dani Ramdani
Dani Ramdani Mohon Tunggu... Ordinary people

Homo sapiens. Nulis yang receh-receh. Surel : daniramdani126@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Masifnya Hallyu, Saat Brand Ambassador Jenama Lokal Didominasi Idol K-Pop

9 September 2022   05:30 Diperbarui: 9 September 2022   08:55 684
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Belakangan idol K-Pop mendominasi BA jenama lokal. Hal itu tidak terlepas dari Hallyu alias gelombang Korea. | Foto Soompi via kompas.com

Cobalah perhatikan bintang iklan di televisi. Mulai dari kopi, mie instan, santan kelapa, produk kecantikan, hingga e-commerce, semuanya dibintangi idol K-Pop.

Namanya Hari. Dia adalah anak tetangga saya. Sejak kelas 10-11 SMA, Hari aktif bermain sepak bola. Bahkan ia mengikuti ekskul tersebut karena hobi bermain bola.

Untuk menunjang hobinya, ia bahkan ikut SSB lokal. Teriknya sinar matahari bukan halangan untuk bermain bola. Keringat yang bercucuran menjadi candu tersendiri setelah olahraga.

Namun, kondisi tersebut jauh berbeda ketika Hari mengenal budaya Korea Selatan alias K-Pop. Kini, ia begitu terobsesi dengan oppa Korea hingga ingin menyerupainya.

Penampilannya berubah drastis. Jika dulu tidak gentar bermain bola di siang hari bolong, kini ia enggan keluar rumah di siang hari karena takut sinar matahari menyentuh kulitnya yang sudah dirawat.

Begitu juga dengan gaya rambut, jika dulu model rambut SBY, kini terobsesi dengan gaya rambut ala oppa Korea. Model rambut comma hair kemudian dipilihnya.

Kini, yang disebut ganteng atau keren telah berubah haluan bukan lagi pada atlet sepak bola. Melainkan pada lakon dalam drakor atau personil boy band asal negeri ginseng.

Gambaran di atas cukup menunjukkan jika hallyu alias gelombang Korea begitu masif di Indonesia. Masifnya hallyu bahkan mendorong artis-artis Korea berubah menjadi bintang iklan di dalam negeri.

Cobalah perhatikan bintang iklan di televisi, mulai dari kopi, mie instan, santan kelapa, produk kecantikan, hingga e-commerce, semuanya dibintangi idol K-Pop.

Sekilas tentang hallyu

Kita tentu sudah tidak asing dengan idol group Korea Selatan seperti BTS, NCT Dream, hingga Blackpink. Begitu juga dengan makanan khasnya kimchi, atau serial drama yang mendunia, seperti Squid Game.

Secara tidak langsung kebudayaan Korea mulai dari musik, perfilman, bahasa, hingga makanan sudah secara masif masuk ke Indonesia. Fenomena masifnya kebudayaan Korea tidak hanya di Indonesia. Tapi sudah menyebar ke negara lain.

Fenomena Korean Wave alias hallyu sudah menyebar ke beberapa negara termasuk Indonesia. | Sumber: indiekraf.com
Fenomena Korean Wave alias hallyu sudah menyebar ke beberapa negara termasuk Indonesia. | Sumber: indiekraf.com

Istilah hallyu merujuk pada bahasa China yang berarti gelombang Korea. Kegemaran akan budaya Korea sendiri dimulai pada tahun 1990-an di China dan Asia Tenggara.

Di tanah air, hallyu mulai populer ketika drama Korea mulai diputar di beberapa stasiun TV lokal. Misalnya pada rentang tahun 2000-an ada serial Endless Love.

Saya sendiri masih ingat ketika SD dulu selalu rebutan remote tv dengan tiga kakak perempuan saya. Tiap sore dan malam hari, remote tv pasti sudah diamankan.

Rupanya di balik popularitas K-drama ada unsur promosi pariwisata di dalamnya. Buktinya banyak orang yang berbondong-bondong pergi liburan ke Korea di mana lokasi-lokasi dalam drama itu diperankan.

Tentu hal itu menambah pendapatan Korea dari segi pariwisata. Korea bisa disebut negara yang mempunyai tujuan untuk mempopulerkan budayanya ke penjuru dunia.

Martin Roll, menyebut hallyu sebagai soft power. Soft power mengacu pada kekuatan tak berwujud pada suatu negara melalui citranya, bukan kekerasan seperti kekuatan militernya.

Contoh soft power misalnya bagaimana Amerika Serikat membujuk dunia untuk memakai celana levi's, Iphone, hingga coca-cola. Nah Korea Selatan dengan kebudayaannya yang meliputi musik, film, makanan, dan bahasa.

Hallyu bagi Korea Selatan adalah senjata yang kekuatannya bahkan dianggap setara dengan ketahanan militer. Ada perputaran uang yang besar di dalamnya.

Hallyu mampu menyumbang 0,2 persen dari PDB Korea pada tahun 2004, yang berjumlah sekitar USD 1,87 miliar. Tahun 2019, hallyu diperkirakan memiliki peningkatan ekonomi sebesar USD 12,3 miliar.

Selain itu, pemerintah Korea Selatan juga mendukung hallyu dengan berbagai cara. Salah satunya dengan membatasi hiburan dari dunia barat. Kebijakan tersebut mau tidak mau membuat orang Korea Selatan membuat hiburannya sendiri.

Belum lagi maraknya aplikasi streaming film membuat hallyu semakin menyebar dengan mudah. Tentu di balik maraknya hallyu ada kualitas hiburan yang ditawarkan di dalamnya.

Saking hebatnya hallyu, BTS bahkan diundang untuk berpidato dalam sidang PBB. Selain itu, hallyu membawa idol K-Pop ke puncak kesuksesan. Tidak heran kini wajah mereka berseliweran menjadi bintang iklan produk lokal Indonesia.

Indonesia pasar K-Pop

Diakui atau tidak, Indonesia merupakan negara dengan pangsa pasar yang besar bagi K-Pop. Menurut laporan The Korean Times, dari 73,12 juta penggemar K-Pop di seluruh dunia, Indonesia berada di urutan ketiga.

Di twitter lebih fantastis lagi, menurut laporan CNN Indonesia pada tahun 2021 Indonesia menjadi negara dengan fans K-Pop terbesar pertama di dunia maya.

Posisi kedua negara dengan penggemar K-Pop terbanyak menurut Twitter adalah Jepang, diikuti dengan Filipina, Korea Selatan, dan Amerika Serikat.

Hal itu tidak aneh, tentu ada yang masih ingat dengan kasus Safa. Gegara menghina idol K-Pop, Safa dibawa oleh teteh-teteh berusia 29 tahun ke space twitter. Safa dituntut untuk minta maaf di atas materai. Bahkan Safa diancam dengan UU ITE.

Gambaran di atas cukup menunjukkan bahwa fans K-Pop begitu militan dalam mendukung idolnya. K-Popers juga tidak segan untuk membeli merchandise idol mereka.

Tentu kita masih ingat dengan BTS Meal pada 2021 lalu. Fans K-Pop rela antre berjam-jam untuk mendapatkan satu bungkus ayam goreng bergambar idol mereka itu.

Fenomena itulah yang membuat beberapa jenama besar lokal rela merogoh kocek cukup dalam dan menjadikan idol K-Pop sebagai brand ambassador. Beberapa e-commerce seperti Go-Jek, Tokopodia, dan Blibli kompak menggaet idol K-Pop.

Tidak hanya itu, produk mie instan, kopi saset, dan kecantikan pun tidak mau kalah. Padahal biaya yang dikeluarkan untuk berkolaborasi dengan mereka amat mahal.

Sebagai gambaran, menurut Tatler Asia, honor Song Joong Ki mencapai 200 juta won per episode Vincenzo, atau sekitar Rp. 2,2 miliar. Sementara Tokopedia harus merogoh kocek sebesar 1,5 miliar won atau Rp. 17,8 miliar untuk bekerja sama dengan BTS.

Lalu, timbul pertanyaan apakah harga semahal itu sebanding dengan keuntungan yang didapat?

Setelah berkolaborasi dengan BTS pada tahun 2019 lalu, CEO Tokopedia William Tanuwidjaja menyebut kunjungan ke Tokopedia mencapai 100 juta per bulan.

Grafik kunjungan Tokopedia pada kuartal I 2021. | Via: katadata.co.id
Grafik kunjungan Tokopedia pada kuartal I 2021. | Via: katadata.co.id

Berkat bekerja sama dengan BTS, jumlah kunjungan Tokopedia berhasil menyalip Shopee pada kuartal I 2021. Tentu jumlah kunjungan yang fantastis tersebut berdampak pada keuntungan Tokopedia.

Dengan kata lain, meski harus merogoh kocek yang mahal tapi sepadan dengan apa yang didapat. Hal tersebut tidak terlepas dari loyalnya fans K-Pop pada idolanya.

Sehingga keberadaan fans yang loyal itu menjadi lahan cuan bagi para pebisnis dan pemilik jenama lokal di Indonesia. Jadi, tidak heran jika saat ini idol K-Pop rutin muncul di TV.

Nah bisa jadi para fans K-Pop di luar sana kini menu nongkrongnya berbeda. Hanya ditemani kopi saset dan mie instan. Lalu pulangnya diantar abang-abang gojek. Hal tersebut mungkin saja terjadi. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun