Salah satu teman saya berkeluh kesah karena instagram pribadinya tidak dapat diakses. Ketika memasukkan username dan password, hanya bertuliskan "kata sandi atau username salah, silakan coba lagi."
Setelah dicek melalui riwayat direct message (DM), foto profil instagram milik teman saya berubah menjadi perempuan bule dengan busana minim. Postingan pun tidak ada.
Untungnya si peretas tidak membuat postingan aneh baik itu di instastory atau di feed instagram. Jika membuat postingan aneh, tentu sangat merepotkan bukan.
Dari kasus di atas, password menjadi elemen penting untuk mengamankan akun media sosial atau akun lainnya. Semakin mudah password, maka semakin mudah pula untuk diretas.
Sekilas tentang password
Jauh sebelum masuk ke dunia digital, faktanya password sudah digunakan di zaman Romawi Kuno. Saat itu, untuk mencegah musuh masuk, Bangsa Roma menciptakan signa atau password yang selalu berubah setiap hari.
Signa tersebut kemudian diberikan kepada prajurit untuk memverifikasi bahwa yang tahu signa terbaru adalah prajurit Roma.Â
Jika ada salah seorang prajurit yang tidak tahu signa terbaru, maka bisa dipastikan dia adalah musuh. Dari gambaran di atas, sama seperti saat ini password digunakan untuk keamanan.Â
Selain dari zaman Romawi, penggunaan password juga ditemui dalam kisah masa lalu yang muncul di Jazirah Arab. Tepatnya dalam kisah Ali Baba dan 40 pencuri.
Ali Baba dikisahkan sedang bekerja mengumpulkan dan memotong kayu bakar. Ketika beristirahat pada tengah hari, Ali Baba melihat sekelompok bandit berjalan mengunjungi sebuah gua.Â
Terdorong oleh rasa penasaran, Ali Baba kemudian mengintip sekelompok bandit tersebut. Sang pemimpin bandit kemudian berkata, "alakazam, bukalah pintunya."Â
Ajaib, bongkahan batu besar yang menutupi gua terbuka. Gua itu digunakan bandit untuk menyimpan emas dan perak hasil jarahannya. Ali Baba kemudian memakai kata yang sama untuk membuka gua tersebut.
Lalu, bagaimana sejarahnya password masuk ke dunia digital? Seperti yang kita ketahui, password umumnya dikenal di dunia digital seperti dalam pembuatan surel, media sosial, e-commerce, hingga mobile banking.
Sekelompok ilmuwan komputer dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) dan Bell Laboratories merupakan para pengembang password pertama pada tahun 1960-an.
Penggunaan password tersebut tidak lain untuk menciptakan keamanan. Password pertama kali dikembangkan untuk sebuah sistem komputer bernama Compatible Time Sharing System yang hanya bisa diakses oleh para peneliti.
Kini, penggunaan password lumrah kita jumpai ketika hendak membuat akun media sosial, mobile banking, hingga akun game.Â
Namun, beberapa orang justru pusing untuk memilih password yang kuat. Terkadang, ada juga yang membuat satu password untuk semua akun baik itu game, mobile banking, media sosial, hingga surel.
Tentu jika password tersebut diketahui oleh orang yang tidak bertanggung jawab, tentu semua akun akan mudah diretas.Â
Selain satu password untuk semua akun, tidak jarang juga kita temui satu password saling berkaitan dengan satu sama lain. Misalnya password "kompasiana2022" untuk surel.
Kemudian untuk akun media sosial akan memakai password "kompasiana2023" dan seterusnya untuk akun lain. Hanya variasi angka dan huruf saja yang berbeda. Tapi pada intinya password tersebut mirip.
Tentu risiko membuat password tersebut tidak baik dan mudah diretas. Selain itu, kita juga jangan membuat password yang mudah ditebak alias jelek.
Pada tahun 2020 lalu, NordPass merilis password terburuk. Urutan pertama masih ditempati kombinasi angka "123456". Nah menariknya pada urutan kedua ada password "12345678", tinggal menambah dua angka saja.
Ada juga yang memakai kata "password" untuk kata sandinya. Dalam laporan NordPass, password yang memakai kombinasi angka saja hanya memerlukan waktu 1 hingga 2 detik untuk diretas.
Sementara itu, untuk password dengan kombinasi kata dan angka seperti kompasiana2020 hanya membutuhkan waktu sekitar 3 jam untuk dibobol.
Penggunaan nama sendiri untuk password juga tidak disarankan. Hal itu karena nama sangat sulit untuk dijadikan "data keamanan" karena itu identitas kita sendiri.
Kiat membuat password
Nah setelah mengetahui beberapa password terburuk dan gampang diretas, ada baiknya kita membuat password yang lebih baik dan sulit ditebak.
Ada beberapa tips untuk membuat password kuat agar tidak mudah diretas.
Berdasarkan artikel Forbes, password yang unik terdiri dari urutan huruf, urutan angka, urutan "identias", dan urutan simbol.
Urutan huruf sebaiknya memakai empat huruf dengan kombinasi huruf kapital dan kecil. Nah urutan huruf ini bisa berupa kata atau singkatan yang mudah diingat.
Misalnya kita mengidolakan Persib Bandung. Maka kita bisa mengambil empat huruf dengan komninasi kapital dan kecil. Kurang lebih menjadi "PrsB."
Nah, untuk urutan angka juga memakai empat angka yang bisa memberi makna. Misalnya hari berdirinya Persib yaitu 14 Maret 1933.
Jadi angka yang bisa digunakan adalah "4133". Urutan lahir sesuai tanggal dan tahun tidak disarnakan. Nah, dengan demikian password sementara menjadi "PrsB4133."
Untuk identias bisa digunakan kota berdiri klub. Seperti yang diketahui, Persib merupakan tim asal Bandung. Tapi kata Bandung harus disingkat menjadi identitas "BDG". Jadi, password sementara adalah "PrsB4130BDG".
Terakhir adalah simbol. Untuk simbol bisa menggunakan "@,#,*, dan simbol lainnya. Jadi, password yang kita peroleh menjadi "PrsB4130BDG#" atau bisa juga menjadi @PrsB4130BDG#.
Nah tentu password tersebut lebih rumit dan akan sulit diretas. Tentu kebocoran data memiliki banyak faktor, akan tetapi password adalah pintu utama yang harus kuat agar data dan keamanan kita terjaga.
Untuk itu, hindari password yang jelek dan mudah ditebak. Hindari juga penggunaan nama dan tanggal lahir karena rentan untuk diretas.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI