Mohon tunggu...
Dani Ramdani
Dani Ramdani Mohon Tunggu... Lainnya - Ordinary people

Homo sapiens. Nulis yang receh-receh. Surel : daniramdani126@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perseteruan Gus Samsudin vs Pesulap Merah dan Alasan Orang Indonesia Masih Percaya Dukun

3 Agustus 2022   13:33 Diperbarui: 3 Agustus 2022   13:47 726
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perseteruan antara Gus Samsudin vs Pesulap merah kian memanas. | Sumber: detik.com

Bagi yang suka berselancar di media sosial, tentu tidak asing dengan nama Gus Samsudin. Dalam artikel ini, saya akan menjelaskan sedikit tentang Gus Samsudin. Apa yang saya tulis berdasar video yang beredar di media sosial.

Gus Samsudin merupakan "ahli supranatural" yang bisa menyembuhkan penyakit dengan metode pengobatannya sendiri. Gus Samsudin sangat agamis, ia berpenampilan layaknya seorang ulama.

Tak heran ia memakai kata "Gus" yang mana dalam tradisi pesantren nama tersebut sangat disegani. Diketahui, ia juga memiliki padepokan bernama Nur Dzat Sejati. 

Salah satu video yang beredar luas ialah metode pengobatan Gus Samsudin memakai "keris petir". Ya, tidak salah, Gus Samsudin memiliki keris yang disinyalir mampu mengeluarkan percikan petir.

Dalam video yang beredar, terlihat Gus Samsudin membawa keris tersebut untuk keperluan pengobatan alternatif. Keris tersebut kemudian digores-gores pada perut pasien dan seketika mengeluarkan percikan petir.

Video lain yang viral adalah kemampuan Gus Samsudin mampu menyembuhkan pasien yang disantet. Gus Samsudin bisa mengeluarkan benda-benda aneh dalam tubuh melalui buah kelapa.

Dengan jampi-jampi dan gerakan yang seolah tengah memindahkan benda aneh ke dalam kelapa, Gus Samsudin kemudian membelah kelapa tersebut dan ternyata isinya ada beling dan semacamnya.

Tidak lama setelah itu, datang seorang pesulap yang menjuluki dirinya sebagai "pesulap merah." Si pesulap merah kemudian membongkar semua trik Gus Samsudin.

Tujuan pesulap merah mulia, ia ingin agar masyarakat tidak tertipu dengan oknum yang menjual agama seperti itu dengan mengeruk keuntungan pribadi.

Pesulap merah kemudian membongkar trik keris petir milik Gus Samsudin. Sang pesulap menyebut jika keris tersebut dijual di e-commerce dengan harga mulai dari Rp. 200 ribu.

Keris tersebut bukan keris petir, tapi keris listrik. Di gagang keris tersebut terdapat tombol untuk menyalakan pecikan listrik. Untuk mengelabui warga, Gus Samsudin menutup gagang keris tersebut dengan kain putih.

Dalam video yang beredar, pesulap merah kemudian membongkar trik tersebut. Pesulap merah membeli keris yang sama dan meletakkannya di tembok. Pesulap merah menyebut jika keris petir miliknya jauh lebih canggih daripada milik Gus Samsudin.

Hal itu karena keris petir milik pesulap merah bisa mengeluarkan percikan petir tanpa disentuh. Tentu ini trik sulap. Lebih kocaknya lagi, pesulap merah mengatakan kata "hadir-hadir" kemudian keris listrik miliknya menyala. 

Pesulap merah kemudian membongkar trik lain Gus Samsudin yakni soal santet. Menurut pesulap merah, buah kelapa yang menjadi medium benda-benda santet itu terlebih dahulu dilubangi dan diisi benda seperti beling.

Dengan doa-doa dan mantra, seolah-olah Gus Samsudin memindahkan benda yang bersemayam dalam tubuh korban ke dalam buah kelapa. Padahal, sebelum pengobatan itu terjadi buah kelapa sudah dilubangi dan diisi benda-benda.

Sontak aksi-aksi pesulap merah yang membongkar trik tersebut heboh. Banyak yang mengatakan jika aksi pesulap merah patut diapresiasi.

Hal itu karena masih banyak masyarakat kita lebih percaya pada dukun daripada dokter. Apalagi jika dukun tersebut membungkus aksi menipunya dengan agama. Hal itulah yang dipakai oleh Gus Samsudin.

Selali lagi, bagi yang tahu apa itu "Gus" tentu akan tertawa terpingkal-pingkal mendengar ini. Di sisi lain, dengan adanya kejadian ini mau tidak mau mencoreng nama baik "Gus" dalam dunia pesantren.

Di luar itu, tentu kita bertanya mengapa banyak orang Indonesia yang masih percaya dengan praktik dukun? Bahkan dukun jauh lebih dipercaya daripada dokter.

Hasil survei

Pada tahun 2020-2021 publik dihebohkan dengan kehadiran virus corona (covid-19). Dalam survei yang dilakukan oleh Wellcome Global Monitor, pandemi covid-19 telah meningkatkan kepercayaan pada sains dan ilmuwan secara global.

Pada tahun 2018, kepercayaan global pada sains dan ilmuwan sebesar 34 persen. Akhir tahun 2020 angka tersebut naik menjadi 43 persen.

Persentase yang mengatakan percaya pada sains dan ilmu pengetahuan naik 10 persen di wilyah Asia Timur (terutama China), Amerika Latin, dan Eropa Timur.

Lantas, bagaimana dengan Indonesia? Ketika covid-19 melanda pada awal 2020 lalu, banyak masyarakat kita yang tidak percaya. Beberapa teori konspirasi pun muncul.

Indonesia saat itu menjadi salah satu episentrum covid-19. Masih dalam laporan Wellcome Global Monitor, orang-orang di Indonesia menunjukkan kepercayaan yang sama kepada ilmuwan dan dukun.

Orang yang percaya pada ilmuwan sebesar 12 persen, sementara yang percaya pada dukun 13 persen. Artinya, orang-orang Indonesia lebih percaya pada dukun daripada sains dan ilmuwan.

Pendekatan covid-19 secara ilmiah dinilai kurang ampuh. Hal itu karena banyak masyarakat yang tidak percaya dengan covid-19. Barulah ketika Agustus 2021, semua rumah sakit penuh, dan kasus meninggal banyak orang-orang mulai menerima.

Lebih jauh dari itu, tidak bisa dipungkiri jika hal yang berbau mistis masih melekat di masyarakat Indonesia. Meski zaman sudah modern, hal-hal berbau mistis masih saja laku.

Tentu kita masih ingat dengan kejadian babi ngepet di Depok. Dalam satu survei, orang-orang di Indonesia justru lebih senang membicarakan babi ngepet daripada BRIN.

Tentu ini miris, pola pikir yang mengedepankan hal-hal mistis daripada ilmiah menunjukkan bahwa masyarakat kita belum maju secara pikiran alias ketinggalan zaman.

Pola pikir yang mengedapankan hal gaib sangat kuno. Jika kita tarik ke belakang, orang-orang Yunani dan Skandinavia menciptakan hal-hal mistis untuk menjawab fenomena alam seperti hujan hingga penciptaan dunia. Dari sinilah muncul dewa-dewa.

Pandangan itu kemudian ditentang oleh para filsuf yang mulai memakai akal untuk mencari solusi tersebut. Dalam Madilog, Tan Malaka menyebut pola pikir tersebut dengan sebutan logika mistik.

Jika sains dan ilmu alam lain tidak merdeka, maka Indonesia akan selamanya tertinggal. Begitulah kiranya menurut Tan Malaka. Ditambah lagi, praktik dukun seperti Gus Samsudin selalu membungkus hal itu dengan agama.

Dengan dibungkus oleh agama, maka masyarakat lebih percaya padahal praktik Gus Samsudin hanya tipuan belaka. Inilah bahayanya. Kita terlalu mudah dipolitisir oleh segelintir orang dengan memakai agama.

Bukan berarti saya tidak beragama, jelas tidak. Namun agama juga mengajarkan agar selalu berusaha, salah satunya ya berobat ke dokter. Setelah itu baru kita bertawakal. Jadi seperti itulah konsepnya.

Rasanya memang sulit untuk mengajak masyarakat Indonesia berpikir sedikit ilmiah. Apa-apa dikaitkan dengan mistik. Jelas pemikiran tersebut sangat kuno.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun