Mohon tunggu...
Dani Ramdani
Dani Ramdani Mohon Tunggu... Lainnya - Ordinary people

Homo sapiens. Nulis yang receh-receh. Surel : daniramdani126@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Terjadi Gejolak di Internal Partai, PSI Balik Dukung Anies Baswedan?

31 Juli 2022   11:59 Diperbarui: 31 Juli 2022   12:05 1049
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertama kali mengetahui Partai Solidaritas Indonesia (PSI) melalui iklan di facebook. Sekitar tahun 2016, ketika membuka aplikasi anak meta itu iklan PSI selalu muncul di beranda saya.

Dari situlah saya mulai tertarik dengan partai satu ini. PSI menawarkan hal yang baru, yakni partainya anak milenial. Kader PSI didominasi anak-anak muda yang baru terjun ke dunia politik.

Tentu hal itu patut diapresiasi. PSI menjadi wadah bagi anak muda untuk berpolitik. Hal itu karena di luar sana banyak anak muda yang peduli dengan politik tanah air tapi tidak mendapatkan wadah yang pas untuk menuangkannya.

Dari kondisi itulah PSI hadir untuk mengakomodasi suara-suara tersebut. Sebutan bro dan sist kerap mereka gaungkan sebagai ciri bahwa PSI begitu mewakili kaula muda.

Isu yang dibawa oleh PSI memang seksi dan menjadi keresahan publik pada umumnya, yakni anti korupsi dan anti intoleransi. 

PSI juga memberi porsi besar bagi perempuan. Ketua Umum mereka yakni Grace Natalie begitu menggambarkan DNA tiga minoritas, yakni perempuan, keuturunan Tionghoa, dan non-muslim.

PSI pun aktif merekrut tokoh muda untuk mengisi posisi sentral partai. Contohnya seperti Tsmara Amany yang mengisi posisi Ketua DPP PSI.

Pada pemilu 2019 lalu, PSI memperoleh suara cukup tinggi yakni 1,89 % atau 2.650.361. Suara tersebut di atas partai lama seperti PBB yang memperoleh suara 0,79%, Hanura 1,54%, dan PKPI 0,22%.

Meski begitu, PSI tidak berhasil lolos ke Senayan karena tidak melewati ambang batas parlemen yakni 4%.

Akan tetapi, PSI menempatkan 72 kader di DPRD seluruh Indonesia. Sebanyak 13 orang di tingkat provinsi, dan sisanya yakni 59 di tingkar kabupaten/kota.

Capaian tersebut tentu tidak buruk bagi partai politik yang baru tampil dalam pemilu. Kini, PSI siap mengarungi Pemilu 2024 dan beberapa manuver politik telah dilakukan.

Manuver PSI

Manuver yang dilakukan PSI belakangan menuai kritik. Misalnya, Raja Juli Antoni yang menjabat Sekjen PSI saat itu mendukung Gibran Rakabuming Raka dalam Pilkada Solo 2020 lalu. 

Dukungan tersebut jelas tidak menggambarkan semboyan PSI sebagai partai yang anti politik dinasti. Dukungan tersebut juga tidak menggambarkan PSI yang selama ini begitu mengedepankan meritokrasi daripada pengaruh seseorang.

Kritik lain datang ketika PSI mencalonkan Giring Ganesha sebagai calon presiden. Eks vokalis Nidji tersebut kemudian ditunjuk menjadi Ketua Umum sementara Grace Natalie menjadi Dewan Pembina.

Giring yang diusung sebagai capres milenial PSI menuai beberapa tanggapan. Tentu semuanya juga sudah tahu jika hal itu hanya sebatas menaikkan pamor partai agar dalam pemilu 2024 nanti suara PSI bisa lebih baik.

Bagaimana tidak, niatan tersebut terlalu dini. Giring harus bersaing dengan nama-nama besar seperti Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, hingga Anies Baswedan.

Nama Giring Ganesha bahkan tidak masuk dalam beberapa survei. Selain itu, niat Giring untuk nyapres jelas tidak mudah. Hal itu karena syarat untuk nyapres begitu berat.

Tentunya kita tahu di dalam Pasal 222 UU No. 7 Tahun 2017 tentang Pemilu diatur syarat ambang batas presiden sebabayak 20% kursi parlemen atau 25% suara sah nasional. 

Aturan formil itulah yang mengganjal Giring untuk bisa nyapres. Itu sebabnya hal itu hanya salah satu cara untuk mendongkrak suara PSI pada pemilu 2024 nanti.

Di bawah kepemimpinan Giring, PSI kerap mengkritik kebijakan Anies Baswedan dengan kampanye negatifnya. PSI menjadi oposisi yang keras terhadap kebijakan Anies Baswedan.

Giring bahkan terang-terangan tidak akan mendukung Anies Baswedan pada Pemilu 2024. Alasannya beragam, Anies dinilai salah satu politisi yang mempolitisir agama.

Giring juga tidak segan menyebut Anies adalah sosok pembohong. Tentu katanya Indonesia tidak akan baik jika dipimpin oleh orang semacam itu.

"Indonesia akan suram jika yang terpilih kelak adalah seorang pembohong dan juga pernah dipecat oleh Pak Jokowi karena tidak becus bekerja", ujar Giring (kompas.com)

Tidak hanya itu, Giring juga aktif mengkritik kebijakan Anies Baswedan. Misalnya dalam pembangunan JIS hingga penyelenggaraan Formula E.

Giring menyebut jika hal itu hanya boros anggaran apalagi kondisi ekonomi tengah lesu karena covid-19. Lebih baik anggaran itu dipakai untuk penanganan covid-19.

Menariknya, Anies Baswedan justru menanggapi nyanyian Giring tersebut. Ia bahkan mengundang grup band Nidji (band yang membesarkan Giring) untuk tampil di JIS.

Tentu itu merupakan sindiran halus dari Anies Baswedan. Giring kembali menyindir jika sound system terbaik ialah suara rakyat.

Gaya kampanye negatif itulah yang menuai kritik dari beberapa kalangan. Gaya kampanye itu jelas bisa mengurangi elektabilitas PSI. Hal itu bisa dilihat dalam survei Litbang Kompas.

Dalam survei itu elektabilitas PSI di bawah 1% yakni hanya 0,7%. Tentu angka ini di bawah perolehan suara pemilu 2019 lalu. Jika gaya kampanye tersebut diteruskan, bukan tidak mungkin suara PSI semakin merosot.

Kader yang membelot

Di bawah nahkoda Giring, PSI begitu aktif mengkritik Anies Baswedan. Namun, Giring harus menerima kenyataan jika di internal PSI sendiri terdapat dua kader yang membelot dan mendukung Anies Baswedan. Keduanya adalah Sunny Tanuwidjaja dan Surya Tjandra.

Sunny Tanuwidjaja bahkan serius dengan dukungannya terhadap Anies. Ia bahkan tidak terlibat lagi dengan kegiatan PSI dan telah mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Sekretaris Dewan Pembina DPP PSI.

Menurut Grace Natalie, Sunny sudah tidak aktif lagi di PSI karena pilihan politik yang berbeda. Sedangkan Surya, secara terbuka menyatakan dukungannya pada Anies Baswedan.

Surya menilai jika Anies adalah sosok yang cocok menjadi presiden. Surya melihat Anies memiliki komitmen bekerja dan memimpin negara. Hal itu berdasarkan pengalamannya sebagai eks Wakil Menteri ATR/BPN.

Menurut Surya, pengetahuan agraria Anies begitu menonjol. Keyakinan Surya terhadap Anies begitu tinggi, ia bahkan siap menjadi tim pemenangan Anies Baswedan jika dibutuhkan.

Tentu dengan adanya dua kader yang memebelot dari PSI menjadi sinyal adanya gejolak di internal partai. Mengingat PSI begitu identik dengan partai yang mengkritik Anies Baswedan.

Selain itu, membelotnya PSI dinilai jika partai ini sudah tidak nyaman lagi sebagai partai oposisi. Hal itu bisa dilihat dari hengkanya kader kunci seperti Tsamara Amany dan Sunny Tanuwidjaja.

Hengkangnya Tsamara dan Sunny bisa jadi karena perhituangan yang rasional. Apalagi dengan gaya kampanye negatif nakhoda barunya yang berakibat pada perolehan suara PSI di parlemen.

Tentu Tsamara dan Sunny enggan jika terus bertahan di PSI yang tak lolos ke Senayan. Apalagi, dalam survei Litbang Kompas di atas elektabilitas PSI menurun. Dengan pertimbangan itu mungkin saja beberapa kadernya justru memilih membelot dan berbalik mendukung Anies.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun