Ketika ngopi di teras rumah kemarin, seorang teman membacakan narasi video di Tiktok. Pada intinya, di dalam video tersebut membandingkan dua kasus penembakan yang melibatkan anggota TNI dan Polri.
Video tersebut mempertanyakan mengapa penanganan kasus penembakan yang melibatkan anggota TNI di Semarang begitu mudah diusut. Sementara kasus penembakan yang terjadi di rumah dinas Ferdy Sambo sangat alot.
Pada akhirnya, narasi tersebut membuat satu opini di ruang digital bahwa Polri kurang profesional dan transparan. Tidak heran jika asumsi tersebut muncul.
Perhatian publik saat ini tertuju pada dua kasus penembakan yang melibatkan dua instansi yakni TNI dan Polri.
Pertama kasus penembakan yang terjadi di rumah dinas Irjen Ferdy Sambo. Di dalam kasus tersebut, terjadi aksi baku tembak antara Bharada E dan Brigadir J. Brigadir J akhirnya tewas terkena tembakan Bharada E.
Narasi awal yang sempat muncul adalah Bharada E melakukan tersebut karena Brigadir J disebut-sebut masuk ke kamar istri Ferdy Sambo dan melecehkannya.
Brigadir J bahkan menodongkan senjata pada istri Irjen Ferdy Sambo. Merasa terancam, istri Irjen Ferdy Sambo berteriak. Bharada E yang berada di lantai atas mendengar teriakan tersebut dan bertanya kondisi yang sebenarnya.
Namun, Brigadir J menjawab dengan tembakan. Dari sinilah insiden saling tembak antar dua polisi terjadi yang pada akhirnya menewaskan Brigadir J.
Sepuluh hari berselang, seorang istri TNI ditembak oleh empat orang tidak dikenal di halaman rumahnya. Kejadian tersebut terjadi di Semarang, Jawa Tengah.
Tim gabungan Polda Jawa Tengah dan Kodam IV Diponegoro bekerja sama untuk mengungkap kasus penembakan terhadap Rina Wulandari istri Kopda Muslimin.