Hal itu disampaikan langsung oleh Ketua Umum PSSI, Mochamad Iriawan atau yang akrab dipanggail Iwan Bule.Â
"Iya, mereka (EAFF) sudah menyampaikan sesuatu lewat Sekjen (PSSI Yunus Nusi)," kata Iriawan, dikutip dari Antara News, Selasa (19/7/2022)
Tentunya PSSI harus menimbang dengan matang jika ingin keluar dari AFF. Di luar itu, jika Indonesia benar-benar bergabung dengan EAFF, apa keuntungan yang didapat?
Pertimbangan matang
Federasi Asia Sepak Bola Timur atau East Asian Federation Football (EAFF) didirikan pada 28 Mei tahun 2022 jauh lebih muda dari AFF yang didirikan pada tahun 1984.Â
EAFF saat ini beranggotakan 10 negara yakni, Jepang, Korea Selatan, China, Taiwan, Guam, Hong Kong, Korea Utara, Macau, Mongolia dan Kepulauan Mariana Utara.
Dari 10 negara itu, Jepang menjadi negara dengan peringkat tertinggi FIFA yakni ke-24, disusul Korea Selatan ke-28, China ke-78, Korea Utara ke-112, dan Hong Kong ke- 145.
Sementara lima negara lain peringkatnya berada di bawah Indonesia, Taiwan berada di posisi ke-157, Makau ke-182, Mongolia ke-184, Guam ke-205, dan Kepulauan Mariana (tidak memiliki peringkat).
Sama seperti AFF, EAFF juga memiliki turnamen regional dengan tajuk  EAFF-1 Football Championship. Sejauh ini Korea Selatan menjadi tim tersukses dengan lima trofi, China dua trofi, dan Jepang satu trofi.
Jika mengacu hal di atas, tentu persaingan di EAFF lebih kompetitif. Artinya Indonesia bisa bersaing dengan negara-negara langganan Piala Dunia seperti Korea Selatan dan Jepang.
Akan tetapi, meski Indonesia bergabung dengan EAFF, tidak serta merta Indonesia bisa bersaing dengan kedua negara tersebut dalam turnamen regional EAFF.
Pasalnya turnamen ini hanya diiikuti empat peserta dengan sistem single round robin. Artinya keempat tim akan bertemu satu kali dan tim yang memiliki poin paling banyak menjadi juara.