Dalam lanjutan Piala AFF U-19, Malaysia menantang pemuncak Grup A Vietnam di semifinal. Laga berlangsung di Stadion Patriot Candrabhaga, Bekasi, Rabu 13 Juli 2022.
Malaysia keluar sebagai runner up Grup B dengan koleksi 7 poin. Sementara Vietnam merupakan juara Grup A dengan koleksi 11 poin.
Di babak pertama, sebenarnya Vietnam menguasai petandingan. Akan tetapi, permainan Malaysia lebih efektif terutama dalam mengandalkan serangan balik.
Malaysia akhirnya membuka keunggulan pada menit ke-26 melalui Adam Farhan Faizal. Faizal berhasil menjebol gawang Vietnam lewat sepakan terukurnya di luar kotak penalti.
Hingga babak pertama usai, skor masih 1-0 untuk keunggulan Harimau Malaya.
Di babak kedua, Vietnam mencoba bermain lebih menyerang. Sementara Malaysia masih mengandalkan skema yang sama.
Menit ke-55, pemain Vietnam berhasil mengirim umpan lambung di sisi kanan pertahanan Malaysia. Nguyen Quoc Viet berhasil menyundul umpan tersebut hanya saja masih membentur tiang gawang.
Kemelut terjadi di kotak penalti Malaysia, pemain Vietnam berusaha memanfaatkan situasi. Meski berhasil melepaskan tembakan ke gawang yang kosong, akan tetapi tendangan pemain Vietnam masih bisa dihadang bek Malaysia.
Vietnam terus menyerang, sementara Malaysia mencoba bertahan dan menumpuk pemainnya di lini belakang. Meski kerap mendapat peluang, Vietnam tidak berhasil mengkonversi menjadi gol karena sentuhan akhir yang buruk.
Terlalu asyik menyerang, Vietnam justru lengah dan harus kebobolan lagi pada menit ke-70. Melalui skema serangan balik.
Muhammad Haqimi Azim Rosli, berhasil melewati pemain Vietnam dan mampu mengirimkan cut back ke depan gawang yang diselesaikan dengan apik oleh Muhammad Haiqal Haqeemi.
Menjelang laga usai, Malaysia kembali melakukan serangan balik. Umpan terobosan dari pemain Malaysia tidak diantisipasi dengan baik oleh bek Vietnam.
Haikal Danish Harizon tidak menyia-nyiakan peluang tersebut. Haikal yang tinggal one on one dengan kiper berhasil mengecoh kiper Vietnam dan melepaskan tembakan ke gawang yang kosong.
Hingga laga usai, Vietnam tidak mampu mencetak satu gol pun ke gawang Malaysia.
Meski bermain agresif dan menguasai laga, akan tetapi Vietnam kesulitan membongkar pertahanan Malaysia. Di sisi lain, Malaysia memiliki pertahanan solid dan mampu memanfaatkan peluang dengan baik.
Dengan hasil itu, Malaysia melaju ke final Piala AFF menantang pemenang antara Laos melawan Thailand.
Dua jam setelah laga Malaysia melawan Vietnam, Laos menantang tim kuat Thailand di semifinal Piala AFF U-19.Â
Laos berhasil menyapu bersih laga Grup B dengan kemenangan dan mengoleksi 12 poin. Dengan hasil itu, Laos keluar sebagai juara Grup B.
Sementara Thailand keluar sebagai runner up Grup A dengan 11 poin di bawah Vietnam.
Laos yang sejatinya selalu menjadi lumbung gol di Piala AFF ternyata membuat kejutan. Di laga semifinal, Laos mampu membuat Thailand kerepotan.
Sejak kick off babak pertama, Thailand mencoba mengambil inisiatif serangan. Namun permainan gemilang dari kiper Laos, Phounin Xayyasone membuat peluang Thailand berhasil dimentahkan.
Pada menit ke-4, pemain Thailand mampu mengirim umpan di sisi kiri pertahanan Laos. Sundulan pemain Thailand masih bisa ditepis Phounin.
Bola rebound kemudian jatuh ke kaki pemain Thailand, tendangan pemain Thailand di dalam kotak penalti kembali ditepis Phounin.
Laos justru berhasil unggul lebih dulu pada menit ke-8. Melalui skema sepak pojok, Anantaza Siphongphan berhasil menyundul bola.
Kemelut kemudian terjadi di depan gawang Thailand. Peeter Phanthavong berhasil memanfaatkan bola liar sekaligus mencatatian namanya di papan skor. Laos unggul 1-0.
Hingga babak pertama usai, skor 1-0 tidak berubah untuk keunggulan Laos.
Tertinggal satu gol, Thailand mencoba meningkatkan intensitas serangan. Akan tetapi, Thailand masih menemui jalan buntu. Apalagi penampilan Phounin sangat baik di bawah mistar gawang Laos.
Sementara Laos bermain lebih betahan. Para pemain Laos menumpuk di area permainannya sendiri dan hanya sesekali menyerang lewat skema serangan balik.
Thailand berusaha menambah daya gedor dengan memasukkan Winai. Tentu dengan hadirnya Winai diharapkan lini serang Thailand lebih efektif.
Pada menit ke-77, Thailand mendapat peluang melalui Niphitphon Wongpanya. Sepakan Niphitphon berhasil melewati kiper, tapi bola belum masuk ke gawang karena bek Laos berdiri tepat di garis gawang.
Winai mencoba memanfaatkan bola rebound, akan tetapi Phounin lebih cepat dan berhasil mengamankan gawang Laos dari kebobolan.
Thailand yang hanya membutuhkan satu gol untuk menyamakan kedudukan justru kembali kebobolan pada menit ke-85.
Skil individu Damoth Thongkhamsavath di dalam kotak penalti berhasil melewati pemain dan merobek jala gawang Thailnd untuk kedua kalinya dalam laga ini.
Hingga laga usai, skor 2-0 tidak berubah. Tentu kemenangan ini mengejutkan. Mengingat Laos bukan negara unggulan dalam turnamen ini.
Akan tetapi, permainan apik selama fase grup dan semifinal menunjukkan bahwa tim ini memang pantas di final.
Di final, Laos akan kembali bersua Malaysia yang berhasil mencukur Vietnam dengan skor 3-0.
Vietnam dan Thailand kena karma
Seusai laga, jagat dunia twitter ramai dengan kata kunci "karma." Banyak netizen yang menyebut kekalahan yang diderita Vietnam dan Thailand adalah karma.
Pasalnya dalam laga terakhir Grup A, Vietnam dan Thailand dinilai bermain sabun alias main mata. Laga yang berakhir imbang 1-1 itu berhasil menyingkirkan Indonesia meski memiliki poin yang sama.
Banyak netizen yang menduga jika kedua tim bermain tidak fair play. Apalagi pada menit ke-75, Thailand dan Vietnam hanya bermain-main di area pertahanan saja.
Para pemain juga tidak melakukan presssing sehingga dinilai membuang-buang waktu dan tidak ada keinginan untuk memenangkan laga. Selain itu, pemain Thailand juga bertumbangan.
Tidak seriusnya bermain hingga akhir laga inilah yang membuat netizen menilai kedua tim bermain sabun. Bahkan, melalui akun instgaram pribadinya, Shin Tae-yong membagikan momen tersebut.
Shin meminta pendapat kepada netizen tentang permaian tersebut. Di luar itu, hasil tersebut menjadi evaluasi bagi kita. Toh Malaysia dan Laos nyatanya mampu merobek gawang Vietnam dan Thailand. Sementara Indonesia tidak sama sekali.
Keberhasilan Laos melaju ke final tentu mengejutkan. Selain itu, kemenangan atas Thailand mengindikasikan jika sepak bola Laos mulai berkembang khususnya sektor muda.
Tentu akan menjadi modal bagus bagi Laos di level senior. Dari hal itu kita harus sadar bahwa kekuatan sepak bola di ASEAN mulai merata. Tugas PSSI selaku federasi sepak bola negeri ini adalah mengembangkan sepak bola ke arah lebih baik.
Jangan sampai kejadian menimpa Thailand justru dialami Indonesia. Artinya sepak bola Indonesia tidak boleh jalan di tempat. Dan negara lain sudah mulai mengejar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H