Mohon tunggu...
Dani Ramdani
Dani Ramdani Mohon Tunggu... Lainnya - Ordinary people

Homo sapiens. Nulis yang receh-receh. Surel : daniramdani126@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Hukum Artikel Utama

Menyoal Larangan Terdakwa Tampil Agamis di Persidangan

2 Juni 2022   16:55 Diperbarui: 10 Juni 2022   21:50 1528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Atribut agamis kerap dipakai oleh terdakwa di persidanga. Hal itu membuat sebagian orang risih karenanya. | Source: KOMPAS.COM

Hasilnya orang-orang justru mematuhi pada orang yang bermodel polisi. Studi itu menguatkan jika pakaian memang bisa memengaruhi persepsi orang lain.

Bahkan bisa memengaruhi citra seseorang. Misalnya jika seorang wanita kerap berpakaian minim akan dicap sebagai wanita nakal.

Begitu juga dengan wanita yang berpakaian tertutup akan dicap sebagai wanita baik. Intinya, pakaian memang akan berbanding lurus dengan citra seseorang.

Hal itu yang terjadi pada para terdakwa. Perbuatan dan pakaiannya jelas tidak sejalan. Namun, mereka seakan-akan memberi tahu bahwa mereka telah tobat dan menyesali perbuatannya.

Berpakaian agamis seolah-olah memberi tahu pada kita bahwa terdakwa telah menyesali perbuatannya dan telah kembali ke jalan yang lurus.

Meski begitu citra pakaian tidak selalu positif. Ada juga yang menilai jika satu instansi memiliki citra negatif. Meski begitu, tetap saja kekuatan seragam mampu membuat persepsi orang berbeda.

Memang tidak salah seorang terdakwa memakai atribut agamis. Tapi, seharusnya mereka juga tahu jika atribut itu tidak hanya dipakai untuk menarik simpati saja atau mengubur kesalahan di masa lalu.

Mungkin inilah yang sulit diterima oleh masyarakat secara umum. Pakaian tertutup seolah-olah merepresentasikan jika seseorang harus dibebaskan dari penindasan, dalam hal ini kasus hukum yang ia jalani.

Kegeraman Jaksa Agung bisa kita pahami, tapi seorang terdakwa seharusnya tahu jika atribut seperti itu kurang pas jika hanya untuk menarik simpati atau merepresikan telah kembali ke jalan yang benar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun