Allah merahasiakan malam lailatul qadar agar kita berlomba-lomba untuk mendapatkannya. Jadi, alangkah lebih baik jika kita selalu beribadah, hal itu karena malam lailatul qadar bisa turun kapan saja.
Salah satu sarana untuk menjemput malam mulia tersebut adalah i'tikaf. I'tikaf merupakan salah satu amalan sunah yang hanya ada di bulan ramadhan.
Itikaf berarti berhenti atau diam di dalam masjid dengan niat semata untuk beribadah kepada Allah SWT. I'tikaf bisa dilakukan kapan saja.
Akan tetapi, lebih diutamakan di sepuluh hari terakhir ramadhan. Hal itu dicontohkan oleh Rasulullah yang beritikaf di sepuluh malam terakhir ramadhan.
Sunah inilah yang menjadi petunjuk jika malam lailatul qadar jatuh pada sepuluh hari terakhir ramadhan. Kita sebagai orang awam, jelas tidak tahu dengan pasti kapan malam mulia ini akan turun.
Namun di balik dirahasiakannya waktu malam lailatul qadar seharusnya membuat kita menjadi terpacu untuk menjemput malam tersebut.
Selama itikaf, kita bisa berdzikir, salat malam, hingga tadarus al-qur’an. Satu hal yang pasti, selama itikaf kita harus memperbanyak ibadah seraya berharap malam lailatul qadar turun.
Jadi, cara terbaik untuk menjemput malam lailatul qadar adalah itikaf. Lebih dari itu, selama bulan ramadhan sebaiknya diisi dengan kegiatan ibadah.
Bisa saja ketika kita ibadah malam lailatul qadar turun. Akan tetapi, kita akan rugi jika malam mulia itu turun dan kita tidak dalam keadaan ibadah.
Tentunya kita akan rugi, hal itu karena momen tersebut tidak sulit didapat dan tentu kita belum pasti akan bertemu dengan malam lailatul qadar berikutnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H