Mohon tunggu...
Dani Ramdani
Dani Ramdani Mohon Tunggu... Lainnya - Ordinary people

Homo sapiens. Nulis yang receh-receh. Surel : daniramdani126@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Memaknai Ulang Tradisi Memakai Baju Baru Saat Lebaran

29 April 2022   05:16 Diperbarui: 29 April 2022   12:34 722
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baju baru, Alhamdulillah
'Tuk dipakai di hari Raya
Tak punya pun, tak apa-apa
Masih ada baju yang lama 

Mungkin sebagian dari kita tidak asing dengan lirik lagu di atas. Lagu tersebut menggambarkan suasana hari lebaran yang meriah. Mulai dari makanan hingga pakaian baru.

Lebaran memang identik dengan hal-hal di atas. Ibu-ibu sibuk membuat kue, opor ayam, dan berbagai hidangan lain untuk menyambut hari lebaran. 

Selain makanan, tidak lupa di momen hari raya kita ingin terlihat necis. Pakaian yang kita kenakan baru. Mulai dari ujung kepala hingga ujung kaki.

Tidak hanya satu pasang, bahkan satu orang memiliki lebih dari satu pasang pakaian baru. Misalnya untuk shalat ied, kopiah, baju muslim, hingga sarung "harus" baru.

Setelan kedua tentu lain lagi, dan pastinya baru. Namun, sebetulnya sejak kapan tradisi memakai baju baru saat lebaran dimulai? Khususnya di Indonesia.

Jika kita telusuri dalam sejarah, tradisi memakai baju baru saat lebaran sudah ada sejak awal abad-20. Hal ini diungkapkan oleh penasihat urusan pribumi untuk pemerintah kolonial, Snouck Hurgronje. 

Di mana-mana perayaan pesta ini disertai hidangan makan khusus, saling bertandang yang dilakukan oleh kaum kerabat dan kenalan, pembelian pakaian baru, serta berbagai bentuk hiburan yang menggembirakan. (Historia)

Tradisi membeli atau memakai baju baru saat lebaran ternyata mirip dengan perayaan tahun baru di Eropa sana. 

Namun, kebiasaan ini dikritik oleh pejabat saat itu, yakni Steinmetz dari Residen Semarang, dan De Wol pejabat Hindia Belanda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun