Mohon tunggu...
Dani Ramdani
Dani Ramdani Mohon Tunggu... Lainnya - Ordinary people

Homo sapiens. Nulis yang receh-receh. Surel : daniramdani126@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Menyoal Ibadah Haji Virtual di Metaverse

10 Februari 2022   10:29 Diperbarui: 11 Februari 2022   15:15 1196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kunjungan virtual ke masjidil haram. | Sumber: beritasatu.com

Perkembangan teknologi tidak bisa kita hindari. Selama manusia memiliki daya pikir, teknologi akan terus berkembang dan membuat segala sesuatu yang tidak mungkin bisa menjadi mungkin. 

Metaverse contohnya. Metaverse seakan membuat hal yang bersifat metafisika menjadi ilmiah. Adanya metaverse seakan mengilmiahkan hal yang berbau metafisika.

Mungkin kita pernah mendengar jika zaman dulu ada seseorang yang bisa berkunjung ke suatu tempat, akan tetapi hanya jiwanya saja. Badan alias jasmani mereka diam di tempat berbeda. 

Dengan kata lain, yang berkunjung hanya ruhaniah saja tetapi badaniah ada di tempat. Tentu untuk bisa mencapai level itu di masa lalu perlu ilmu yang tinggi. 

Akan tetapi, di metaverse nanti semua orang bisa melakukan hal itu. Jadi, hal yang bersifat metafisika tadi terdengar menjadi lebih ilmiah tak kala teknologi datang. 

Di metaverse, orang bisa menghadiri konser, bermain game, bahkan rapat jadi lebih nyata dari sekarang. Kita tinggal memakai kacamata VR dan kita bisa masuk ke dunia virtual tersebut. 

Avatar atau diri kita di metaverse mirip dengan diri kita yang sebenarnya. Ajaibnya avatar tersebut bisa berinteraksi dengan avatar lain. 

Mengingat potensi bisnis yang besar di sana, beberapa brand memasukan brand nya di metaverse. Perlahan-lahan kehidupan akan hijrah ke metaverse dan bisa jadi semua aspek kehidupan pindah ke sana termasuk ibadah. 

Arab Saudi baru-baru ini menghebohkan dunia setelah menghadirkan ka'bah di metaverse pada Desember 2021 lalu. 

Program bernama 'Virtual Hacerülesved' atau Hajar Al-Aswad Virtual ini diluncurkan Imam Besar Ka'bah, Abdurrahman Sudeysi, dan bekerja sama dengan Universitas Umm al-Qura serta Kementerian Pameran dan Museum Arab Saudi. (CNN Indonesia) 

Menurut Suyedisi, banyak warisan islam yang seharusnya sudah digital demi kepentingan bersama. 

Masyarakat dapat mengakses ka'bah di dunia metaverse dengan memakai kacamata VR. Tentu saja hal ini menjadi inovasi baru, khususnya untuk mengenalkan ka'bah yang bisa diakses semua kalangan. 

Akan tetapi, kunjungan ka'bah secara virtual ini bukan ibadah haji yang sebenarnya karena tidak dilakukan secara fisik. Tentu saja ibadah haji yang sebenarnya tubuh harus berada di tanah suci. 

Terkait hal ini, MUI juga memberikan pandangannya. Menurut MUI, banyak ritual dalam ibadah haji yang harus dilakukan secara langsung alias fisik. 

Misalnya wukuf di Padang Arafah atau tawaf mengilingi ka'bah. Ritual itu tidak hanya memerlukan kehadiran fisik akan tetapi mencakup pula tempat. 

Dengan demikian, kunjungan ka'bah secara virtual tidak bisa disebut sebagai ibadah haji. Lebih jauh dari itu, adanya ka'bah secara virtual bisa mengenalkan lokasi tempat ibadah. 

Dunia Fisik Jauh Lebih Nyata 

Ilustrasi kunjungan virtual ke masjidil haram. | Sumber: beritasatu.com
Ilustrasi kunjungan virtual ke masjidil haram. | Sumber: beritasatu.com

Meskipun menawarkan kemajuan yang jauh lebih besar, metaverse tetaplah dunia digital dan tidak bisa menggantikan dunia nyata. 

Metaverse adalah kelanjutan media sosial saat ini. Bedanya, foto profil kita akan jauh lebih nyata di metaverse nanti. Beberapa studi menunjukkan seseorang yang candu dengan media sosial justru rentan akan kesehatan mental. 

Apalagi jika dunia virtual itu dibuat jauh lebih nyata. Tentu saja banyak orang yang akan hanyut dalam dunia virtual itu tanpa mengindahkan dunia yang sebenarnya. 

Keberadaan metaverse tidak serta merta bisa menggantikan dunia fisik, termasuk ibadah haji. Begitu juga dengan aspek lain dalam kehidupan seperti makan bahkan urusan seks. 

Meskipun tidak menutup kemungkinan jika di metaverse nanti seks tidak harus kontak fisik. Lebih jauh dari itu, media sosial adalah gambaran metaverse nanti. 

Kita semua tahu, media sosial bukan dunia yang sebenarnya. Untuk itulah media sosial disebut dunia maya alias hanya bayangan semata karena tetap dunia nyata adalah dunia fisik. 

Selain itu, keberadaan metaverse bisa memicu tindak pidana. Bedanya, di dunia metaverse tindak pidana digital akan jauh lebih nyata. Untuk itu kita harus tetap bijak dengan kemajuan teknologi. 

Baca juga: Potensi Tindak Pidana di Dunia Metaverse

Orang yang menghabiskan waktu terlalu banyak di dunia maya adalah mereka yang kesepian, begitu juga dengan mereka yang nantinya menghabiskan waktu di metaverse, meskipun ada interaksi, tetap saja mereka kesepian di dunia nyata. 

Baca artikel lainnya: Metaverse dan Lahirnya Tuan Tanah Digital

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun