Mohon tunggu...
Dani Ramdani
Dani Ramdani Mohon Tunggu... Lainnya - Ordinary people

Homo sapiens. Nulis yang receh-receh. Surel : daniramdani126@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Dunning-Kruger Effect, Kondisi Ketika Seseorang Merasa Paling Pintar

17 Februari 2022   09:30 Diperbarui: 27 Mei 2022   22:59 2020
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dunning-Kruger effect adalah kondisi di mana seseorang bersikap paling pintar dari siapapun. | Source: Shutterstock via KOMPAS.COM

Dalam hidup, tentu kita pernah bertemu dengan seseorang yang berlaga sok pintar. Mereka menganggap dirinya paling tahu akan satu hal dan meracau ke mana-mana ketika membahas sesuatu. 

Padahal, apa yang dibicarakan tidak ada esensinya sama sekali. Istilah tong kosong nyaring bunyinya patut disematkan pada orang dengan tipe seperti ini. 

Tidak hanya di dunia nyata, sikap sok pintar kerap kita temui di dunia maya. Siapa lagi jika bukan netizen, bukan berarti netizen sok pintar semua, tapi ada beberapa netizen yang bersikap seperti ini. 

Misalnya dalam mengomentari sepak bola, para netizen seakan menjadi pelatih online yang mengkritik pelatih kelas dunia.

Menariknya, ketika ada netizen lain yang mencoba meluruskan, netizen yang memiliki sifat sok tahu tidak mau kalah dalam berargumen. 

Mereka selalu mencari argumen dan berlindung di balik argumen yang keliru. Akhirnya debat kusir di kolom komentar media sosial menjadi hal yang sering saya amati. 

Lalu, mengapa ada sebagian orang yang memiliki sikap sok pintar? Padahal sudah jelas argumen yang mereka lontarkan jauh dari kata benar. 

Ternyata sikap sok pintar seperti itu dalam dunia psikologi disebut dengan dunning-kruger effect. 

Istilah

Dunning kruger effect adalah kondisi di mana seseorang merasa mampu dan pintar dari kondisi yang sebenarnya. Pada dasarnya, orang yang seperti ini tidak memiliki kemampuan untuk mengenali kelemahannya.

Istilah ini pertama kali muncul pada tahun 1990 dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh dua psikolog , yaitu David Dunning dan Justin Kruger. Nama mereka berdua kemudian dijadikan istilah untuk orang yang sok pintar. 

Dalam penelitian itu, mereka meneliti terkait tata bahasa, logika, dan selera humor. Hasilnya, peserta yang nilainya rendah justru menilai kemampuan mereka di atas rata-rata. 

Misalnya dalam penelitian selera humor, beberapa peserta justru keliru dalam menentukan objek yang lucu. Akan tetapi, mereka seolah-olah paling benar dan memiliki selera humor tinggi. 

Begitu juga dengan tes lain seperti logika dan tata bahasa. Pada kondisi yang sama, peserta dengan hasil rendah justru menganggap orang lain bodoh alias mereka lebih pintar. 

Lantas mengapa orang-orang yang bisa terjebak ke dalam dunning kruger effect? Dari hasil penelitian di atas, ada tiga masalah yang membuat orang terjebak dalam posisi ini. 

Pertama, mereka keliru dalam menarik kesimpulan dari suatu informasi. Padahal, informasi tersebut belum tentu benar. 

Kedua, mereka tidak memiliki kemampuan untuk mengolah informasi tersebut. Hal ini disebabkan karena minimnya pengetahuan yang dimiliki.

Ketiga, mereka sangat percaya diri dengan informasi yang sedikit. Dengan informasi minim yang belum terpercaya, mereka seolah-olah tahu segalanya.

Akibatnya, mereka tidak memiliki inisiatif untuk mengecek kebenaran informasi tersebut atau opini yang mereka lemparkan. 

Dari penjelasan itu, tentu kita pernah bertemu dengan orang-orang seperti ini. Baik di dunia nyata, maupun di kolom komentar media sosial. 

Lantas siapa saja yang bisa mengalami ini? Semua orang bahkan kita pernah berada di posisi ini. Mungkin kita memang pintar dan mahir di segala bidang. 

Akan tetapi, sebenarnya kita tidak ahli di segala bidang. Bisa saja orang yang benar-benar ahli dalam satu bidang, mungkin secara keliru mereka menjadi ahli bidang lain. 

Lalu bagaimana dengan orang yang benar-benar ahli alias pintar? Dunning dan Kruger menyebut, orang yang benar-benar ahli memiliki pandangan yang realistis tentang kemampuan dan keahlian yang mereka miliki.

Namun, para ahli ini justru cenderung meremehkan kemampuan mereka sendiri. Pada dasarnya mereka tahu dengan kemampuannya, akan tetapi mereka tidak yakin seberapa superior kemampuan itu dibanding orang lain.

Intinya adalah, orang yang benar-benar pintar bukan merasa minder dengan kemampuannya, akan tetapi mereka juga sadar bahwa orang lain juga memiliki pengetahuan dan kemampuan yang sama.

Jadi, dari sini kita dapat membedakan mana orang yang benar-benar pintar dan sok pintar. Orang yang sok pintar merasa mereka paling benar dan meremehkan orang lain. 

Akan tetapi, orang pintar justru meremehkan kemampuan mereka sendiri hal itu karena mereka tahu bahwa orang lain juga memiliki kemampuan yang sama. 

Dampak Buruk

Dampak buruk dari dunning-kruger effect adalah seseorang bisa dengan mudah termakan dengan hoax atau berita bohong. 

Orang yang mengalami gejala ini biasanya akan menerima suatu informasi tanpa dicerna lebih dahulu. 

orang yang mengalami dunning kruger-effect rentan memercayai hoax alias berita bohong. | Source: hallosehat.com
orang yang mengalami dunning kruger-effect rentan memercayai hoax alias berita bohong. | Source: hallosehat.com

Tentu yang membuat mereka demikian karena kurangnya informasi yang mereka miliki untuk menilai kebenaran suatu informasi. Orang-orang ini sangat rentan terkena hoax. 

Bahkan mereka dengan percaya diri menyebarkan informasi sesat tersebut. Hal itu karena dalam pandangan pribadinya, informasi keliru itu benar dan dapat dipercaya.

Kurangnya informasi yang dimiliki untuk mencerna atau membandingkan dengan informasi lain membuat orang sok pintar rawan terkena hoax. Parahnya lagi, mereka cenderung tidak mau menerima kritik karena mereka menganggap diri paling benar.

Ketidakmampuan dalam menilai itulah yang membuat seseorang terjerumus ke dalam jurang hoax. Oleh karena itu, sebaiknya dalam menerima informasi baru haruslah dicek terlebih dahulu kebenaran informasi tersebut.

Cara Mengatasi

Setiap permasalahan tentu ada cara untuk mengatasinya, begitu juga dengan sikap sok pintar. Agar kita tidak terjebak dalam sikap sok pintar, sebaiknya lakukan beberapa cara berikut ini.

Seperti yang sudah dibahas di atas, cara agar kita terhidar dari sikap sok pintar adalah selalu mengecek kebenaran suatu informasi. Kita jangan menelan informasi tersebut bulat-bulat. 

Cara untuk mengetahuinya adalah dengan memperbanyak informasi dan terus belajar. Dengan pengetahuan yang cukup, kita akan bisa memilih dan memilah mana informasi yang benar atau tidak.

Jika tidak bisa demikian, maka cara yang paling efektif adalah bertanya pada ali yang sebenarnya atau berdiskusi. Meminta pendapat orang lain adalah salah satu cara agar kita terhidar dari sikap sok pintar.

Namun, orang yang diminta pendapat haruslah orang yang benar-benar berkompeten. Sehingga kita bisa terhindar dari hoax dan sikap sok pintar. Untuk itu, bijaklah dalam menerima setiap informasi baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun