Sosok Betharia sendiri bukan orang berbahya, dia bukan aktivis yang kontra Orde Baru. Lirik lagunya pun tidak berisi kritikan seperti lagu Iwan Fals. Saban hari, video klip lagu tersebut tayang di TVRI.Â
Saat itu stasiun TV tidak banyak seperti saat ini. Akibatnya lagu Hati Yang Luka meledak di pasaran. Semua masyarakat tahu lagu itu. Lagu Hati Yang Luka sukses menarik perhatian khalayak umum.Â
Rupanya tidak hanya menarik perhatian  masyarakat, lagu Hati Yang Luka berhasil menarik perhatian Orde Baru. Menteri Penerangan saat itu yaitu Harmoko cukup geram dengan lagu cengeng tersebut.Â
Menurutnya, lagu cengeng harus disetop. Hal itu disampaikan langsung oleh Harmoko dalam peringatan ulang tahun TVRI yang ke-26. Â Lagu cengeng dinilai bisa merusak semangat pembangunan yang dibangun pemerintah.Â
Jika lagu cengeng terus beredar, maka masyarakat akan luruh dalam suasana mengharu biru. Akibatnya program yang dijalankan pemerintah tidak akan optimal.Â
Menurut Harmoko, isi lagu Hati Yang Luka tidak menggambarkan realita di masyarakat. Lagu cengeng hanya akan menghambat pertumbuhan semangat kerja di masyarakat dan membuat larut dalam haru biru.Â
Mengebiri Kreativitas
Apa yang dilakukan oleh Harmoko di atas mungkin terdengar lebay saat ini. Tapi, di zaman itu mungkin lain lagi. Tindakan tersebut sejatinya hanya membunuh kreativitas musisi.Â
Inspirasi seorang musisi bisa didapat di mana saja. Tengoklah lagu Iwan Fals, semua kehidupan sosial maupun politik merupakan inspirasi untuk melahirkan karya musiknya.
Selain itu, inspirasi musisi juga hadir dari pengalaman atau tragedi yang pernah ia alami. Misalnya patah hati, jatuh cinta, hingga cinta bertepuk sebelah tangan.Â
Tragedi dalam dunia percintaan itulah yang mengilhami seorang musisi untuk membuat lagu cengeng. Mungkin lain lagi jika penyair, jika ia mengalami tragedi di atas bisa saja karya yang dihasilkan berbentuk sebuah puisi.Â