Setiap orang tua tentu ingin mempunyai anak yang berprestasi, baik itu di ranah akademik maupun nonakademik. Tentu orang tua akan bangga jika anak memiliki prestasi gemilang.Â
Berbagai cara dilakukan orang tua agar anak mau belajar untuk meraih prestasi. Cara tersebut beragam, mulai sekolah formal, les privat, hingga diberi hadiah agar sang anak lebih giat belajar.Â
Menghadiahi sesuatu pada anak lazim dilakukan orang tua agar anak terpacu untuk lebih berkembang. Misalnya jika anak masuk rangking 3 besar, biasanya akan dihadiahi sepeda, mainan, dan lain-lain.Â
Cara tersebut juga sama digunakan dalam mendidik anak agar rajin beribadah. Jika anak tamat puasa satu hari penuh, maka uang jajan akan ditambah. Menghadiahi sesuatu pada anak tidak ada salahnya.Â
Tentu di balik itu semua ada maksud yang ingin dicapai. Maksud tersebut yaitu agar anak lebih giat, baik itu belajar maupun beribadah. Hadiah menjadi pemicu bagi anak agar tetap konsisten belajar.Â
Lalu, apakah metode di atas efektif? Pada dasarnya setiap manusia dibekali rasa ingin tahu, itu adalah fitrah kita yang diberi akal oleh Tuhan Yang Maha Esa.Â
Begitu juga dengan anak, anak memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Tengoklah anak kecil yang selalu bertanya sesuatu, mereka akan selalu bertanya tentang sesuatu yang baru baginya.Â
Rasa ingin tahu kemudian berlanjut pada tahap lebih lanjut, yaitu belajar. Di sisi lain, selain faktor dari dalam rasa ingin belajar tersebut muncul melalui faktor eksternal, misalnya hadiah.Â
Lalu, mana yang lebih efektif agar anak giat belajar, apakah dengan cara memicu faktor eksternal yaitu memberi hadiah, atau memicu faktor internal?Â
Rasa ingin tahu seseorang yang timbul secara alamiah disebut dengan motivasi intrinsik. Sedangkan rasa ingin tahu yang didorong oleh faktor eksternal disebut motivasi eksrinsik.Â