Haryananta justru menjelaskan gagasan untuk membongkar diorama tersebut justru dari Panglima Kostrad ke-34 Letnan Jenderal TNI (Purn) Azmyn Yusri Nasution.
Di sisi lain, Panglima TNI Hadi Tjahjanto memilih untuk tidak terlibat terlalu jauh dari polemik itu. Hadi menilai apa yang dilakukan Gatot semata-mata nasihat dari senior saja.Â
Jika kita ingat kembali, Gatot memang selalu mengingatkan bahaya laten komunisme. Bahkan sejak ia menjabat sebagai panglima TNI. Salah satu momen yang menjadi sorotan adalah upaya Gatot yang berusaha memutar kembali film G30S PKI.Â
Ketika saya kuliah dulu, isu PKI bangkit kembali begitu gencar. Pada saat itu, kasus penyerangan terhadap ulama juga begitu kencang. Kasus itulah yang membuat isu PKI bangkit kembali.Â
Saya pernah berdiskusi dengan salah satu simpatisan ormas islam. Saya hanya bertanya PKI itu apa? Pada intinya teman saya tidak tahu dan tidak paham apa itu komunisme apalagi marxisme.Â
Justru karena hal itulah saya jadi mempelajari marxisme. Tetapi kembali saya tegaskan, saya mempelajari hal itu hanya dalam ranah akademik saja. Tidak bermaksud untuk menerapkannya.
Dari pembelajaran itulah saya jadi tahu apa itu marxisme. Pada intinya ajaran marxis adalah ingin menciptakan masyarakat tanpa kelas. Pertentangan kelas sendiri begitu terasa saat revolusi industri.
Dari hal itu lahir kelas dalam masyarakat, yaitu kelas proletar atau kaum buruh dan kelas borjuis alias kaum pemodal. Si borjuis inilah yang menguasai alat produksi, sementara si buruh hanya menjual keahliannya.
Penguasaan alat produksi yang hanya dimiliki oleh individu hanya akan membawa kesejahteraan bagi individu itu saja. Jadi, menurut yang saya pahami untuk mendapat kesejahteraan alat produksi harus dimiliki bersama.Â
Karl Marx kemudian meramalkan pertentangan kelas itu akan menimbulkan revolusi. Kaum buruh katanya akan menang. Nah inilah yang dimanfaatkan oleh Lenin dengan Bolsheviknya.Â
Partai yang dipimpin oleh Lenin itulah yang membuat revolusi itu terjadi. Ada juga yang beranggapan bahwa komunisme itu lebih pada gerakan politik yang dibawa oleh Lenin. Jadi, beda dengan marxisme itu sendiri.Â