Sayangnya, sang putri tidak menaruh cinta sedikitpun pada setiap lelaki yang melamarnya. Cinta sang putri hanya tertaut untuk seorang saja yang bernama Datuk Panglima Kumbang.Â
Konon, Panglima Kumbang merupakan salah satu dari tujuh manusia harimau Champa. Tugasnya adalah untuk menjaga keamanan kerajaan.Â
Sang Panglima Kumbang juga diam-diam menaruh hatinya untuk Siti Maemunah. Tetapi, cinta keduanya harus kandas. Orangtua Panglima Kumbang tidak merestui hubungan keduanya.
Siti Maemunah sangat patah hati, dia pun memutuskan untuk pergi ke Gunung Marapi untuk bertapa. Di gunung tersebut, ia bertemu dengan seorang nenek tua yang kemudian menjadi gurunnya.
Si nenek tua tersebut bernama Srintil. Semua ilmu yang dimiliki Srintil diwariskan kepada Siti. Siti Akhirnya menjadi sakti dan tidak terkalahkan.Â
Di belakang namanya tersemat kata "lampir." Lampir mulai meneror. Awalnya teror Lampir hanya isapan jempol belaka, lama kelamaan teror Lampir menghantui warga lereng Gunung Marapi.Â
Mendengar hal itu, kerjaan Champa mengirimkan pasukan untuk meredam teror Lampir. Tetapi, pasukan kerajaan tersebut tidak mampu mengalahkan Siti Maemunah.Â
Ilmu yang diwariskan Srintil pada Maemunah membuatnya menjadi sakti dan tidak terkalahkan. Sampai akhirnya, Panglima Kumbang turut serta dalam pertempuran tersebut.Â
Siti masih tidak goyah, sayangnya Panglima Kumbang ternyata tewas dalam insiden itu. Hati Siti hancur melihat sang kekasih mati di depan matanya.Â
Siti teringat dengan satu ilmu yang diwariskan Srintil kepadanya. Ilmu tersebut adalah menghidupkan orang mati. Sama seperti edotensei milik Orochinaru dalam serial Naruto.Â
Tetapi, untuk bisa melakukan itu ada syarat yang harus ditanggung Siti. Kecantikannya akan pudar, ia akan berubah menjadi nenek tua seperti Mak Lampir yang kita kenal.Â