Tetapi hal itu setidaknya memberi gambaran untuk pemilu nanti jika masih dalam suasana pandemi. Hal yang perlu diperhatikan adalah pelaksanaan pemilu serentak.Â
Kita harus berkaca pada pemilu 2019 lalu. Pada pemilu tersebut, pemilihan legislatif dan eksekutif dilakukan secara bersama. Saya termasuk petugas KPPS pada saat itu.Â
Perlu diketahui, beban pemilu 2019 begitu berat, apalagi honornya tidak seberapa. Saya waktu itu bekerja lebih dari sehari tanpa tidur. Pencoblosan dimulai pada 7 pagi, baru pukul 9 pagi esok harinya tugas saya sebagai KPPS selesai.Â
Hambatannya jelas karena pada saat itu KPPS harus menghitung banyak kotak suara. Untuk legislatif saja ada 5 kotak jika saya tidak keliru, ditambah kotak suara pilpres.
Bayangkan, saya dan teman-teman KPPS harus menghitung kotak suara mulai dari DPR, DPRD, DPD, hingga perolehan suara parpol. Itu tidak mudah, butuh banyak waktu.Â
Proses penghitungan suara legislatif dan parpol memakan waktu lama. Ketika itu, jam 11 malam saya dan teman-teman KPPS baru selesai menghitung kotak suara legislatif.
Setelah itu, surat suara dihitung dan direkap. Awal surat suara diterima, dipakai, dan tidak dipakai harus dihitung dengan detail agar tidak menimbulkan kecurangan.Â
Setelah itu, baru mengisi berita acara yang menumpuk. Jam 5 pagi baru selesai mengisi berita acara. Kemudian kotak suara diserahkan pada saat itu dan masih ada yang harus direvisi.Â
Sampai akhirnya jam 9 pagi saya bisa tidur. Untuk itu, sebaiknya hal ini menjadi perhatian. Tidak heran banyak korban berjatuhan pada saat itu, tentu saja beban kerja yang berat para yang mulia.Â
Meskipun sukses, tetapi kejadian itu jangan sampai terulang. Karena saya tahu betul beban teman-teman KPPS kemarin, sebaiknya untuk pemilu nanti dipisah antara legislatif dan eksekutif.Â
Batalnya Revisi UU Pilkada