Setiap orang mempunyai cara masing-masing untuk menyampaikan kritik pada pemerintah. Cara tersebut begitu beragam tergantung latar belakang orang yang ingin menyampaikannya.
Jika orang tersebut sastrawan, bisa saja kritik tersebut menjelma menjadi satu karya puisi. Sebut saja puisi karya W.S Rendra yang berjudul "pesan pencopet pada pacarnya."
Jika orang tersebut adalah musisi, maka kritik-kritik mengalir begitu deras dari setiap lirik lagu. Iwan Fals salah satu contohnya. Lagu Iwan Fals merupakan potret sosial yang hingga kini masih relevan.Â
Jika orang tersebut mempunyai jiwa seni yang tinggi, mural merupakan salah satu cara sang seniman menyampaikan kritik. Menjelang menyambut hari kemerdekaan RI, beberapa mural bermunculan akhir-akhir ini.Â
Mural tersebut tiada lain adalah suatu bentuk keresahan masyarakat saat ini, terutama efek pandemi covid-19 yang tidak juga usai. Keresahan tersebut kemudian dicurahkan dalam bentuk seni.Â
Misalnya mural yang berisikan "dipaksa sehat di negera sakit." Jelas itu merupakan suatu kritik. Sakit di sini bukan berarti sakit secara medis, bisa jadi karena kebijakan pemerintah yang sakit dalam menangani pandemi.Â
Ada juga mural yang bertuliskan "Tuhan aku lapar." Itu merupakan jeritan, keluh kesah masyarakat yang dipaksa bertahan hidup di tengah PPKM yang dicicil seperti bayar setoran.Â
Ada juga mural yang bertuliskan "404 not found." Bagi yang sering berselancar di dunia internet, tulisan tersebut jelas tidak asing dan pasti tahu maksudnya.Â
Hal tersebut bisa terjadi karena error, entah itu jaringan internet yang salah atau "server" yang rusak. Di belakang tulisan tersebut terselip satu potret yang diduga pemimpin negara ini.Â
Tiga mural tersebut mempunyai nasib yang sama. Mural tersebut dihapus oleh aparat setempat. Bahkan, menurut beberapa sumber berita, si pembuat mural bertuliskan 404 not found justru tengah diburu polisi.Â