Mohon tunggu...
Dani Ramdani
Dani Ramdani Mohon Tunggu... Lainnya - Ordinary people

Homo sapiens. Nulis yang receh-receh. Surel : daniramdani126@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Jerman dan Bayang-Bayang Gugurnya Tim Penghuni Grup Neraka

29 Juni 2021   14:47 Diperbarui: 29 Juni 2021   15:00 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perhelatan Euro 2020 memang menarik pecinta sepak bola di seluruh dunia. Di fase grup saja sudah terjadi laga-laga big match. Hal itu karena di grup F dihuni oleh negara-negara favorit juara Euro.

Sebut saja Portugal yang merupakan juara bertahan Euro 2016. Selain itu, ada juga Prancis yang merupakan juara Piala Dunia 2018. Kemudian ada Jerman yang tidak perlu diragukan lagi kualitasnya.

Hanya ada satu negara yang dianggap akan menjadi lumbung gol yaitu Hungaria. Namun, di luar dugaan Hungaria mampu memberikan kekacauan pada tiga tim di atas.

Hungaria mampu memberikan perlawanan pada Prancis dan juga Jerman. Bahkan, penentuan lolos tidaknya tim ini harus ditentukan sampai akhir laga. Pada akhirnya, Prancis, Jerman, dan Portugal berhak melaju ke babak selanjutnya.

Portugal yang lolos ke babak 16 besar lewat jalur peringkat ketiga terbaik harus berhadapan dengan Belgia sebagai juara grup B. Belgia tampil apik selama di fase grup dengan menyapu bersih semua laga.

Lawan Portugal tidak mudah, mengingat Belgia saat ini merupakan negara nomor satu menurut peringkat FIFA. Portugal tidak bisa berbicara banyak ketika berhadapan dengan Belgia. Portugal harus dipaksa menyerah dengan skor tipis 1-0.

Bisa jadi tuah magis megabintang Christiano Ronaldo dikeluarkan sepenuhnya selama fase grup. Bagaimana tidak, selama fase grup Ronaldo mampu mencetak lima gol. Pencapaian pribadi Ronaldo justru diraih di fase grup.

Ronaldo kini menjadi topskor dalam laga internasional dengan mencetak 109 gol menyamai rekor penyerang Iran Ali Daei. Namun, magis Ronaldo seakan habis dan terkuras di fase grup demi lolosnya negara yang dia bela.

Portugal menjadi alumnus pertama grup neraka yang gugur pada laga 16 besar. Langkah Portugal yang gugur pada 16 besar justru diikuti oleh juara grup neraka yaitu Prancis.

Menyedihkan memang, sang juara dunia tahun 2018 tersebut harus angkat koper lebih cepat pada gelaran Euro kali ini setelah kalah dari Swiss yang lolos lewat peringkat tiga terbaik.

Dalam laga tersebut, Prancis sebenarnya mampu unggul dua gol dengan skor 3-1. Akan tetapi, pada 10 menit terakhir para pemain Prancis kehilangan fokus dan harus kebobolan dua gol.

Mirisnya lagi, penyerang muda Prancis Kylian Mbappe bermain tidak cemerlang.
Dua dari tiga gol Prancis justru dicetak oleh penyerang veteran mereka yaitu Karim Benzema. Laga pun harus ditentukan dengan adu penalti.

Sayangnya, Mbappe yang menjadi eksekutor terakhir justru tendangannya bisa dibaca oleh kipper Swiss. Di fase grup saja, Prancis harus susah payah agar bisa lolos.

Dalam laga melawan Portugal, Prancis sebenarnya sudah unggul tetapi dua kali harus disamakan. Pun demikian pada laga melawan Hungaria. Laga yang membuat tenaga terkuras selama fase grup menjadikan Prancis harus takluk oleh Swiss.

Secara di atas kertas Swiss memang tidak diunggulkan, tetapi di lapangan berbeda. Kini, tinggal ada satu alumnus grup neraka yang masih berlaga yaitu Jerman. Jerman malam nanti akan berhadapan dengan Inggris.

Inggris lolos ke 16 besar dengan status juara grup. Inggris menjadi tim yang belum pernah kebololan selama fase grup bersama dengan Italia. Meskipun lini belakang Inggris kokoh, tidak demikian dengan lini depan mererka.

Dalam tiga laga, Inggris hanya mampu mencetak dua gol saja. Penyerang andalan Inggris Harry Kane masih belum menunjukkan tajinya selama berlaga di fase grup. Gareth Southgate masih dihadapkan dengan produktivitas timnya yang minim.

Sementara itu, lawan Inggris yaitu Jerman lolos sebagai runner up grup neraka. Berbeda dengan Inggris, Jerman bisa dibilang lebih produktif selama fase grup. Tim asuhan Joahcim Low tesebut berhasil mencetak 6 gol dari tiga laga meskipun dua di antaranya merupakan hasil dari gol bunuh diri.

Kedua tim memiliki pekerjaan rumah masing-masing. Inggris tentu fokus agar lini serang mereka lebih produktif. Sementara Jerman, harus lebih konsisten lagi dalam setiap laga yang dijalaninya.

Dalam lima pertemuan terkahir, Jerman masih unggul dengan tiga kemenangan satu hasil imbang dan satu kekalahan.
Pada laga ini, penyerang Jerman Kai Havertz tentunya sudah tidak asing dengan sepak bola Inggris, mengingat Harvertz saat ini menjadi penyerang Chelsea.

Havertz sendiri saat ini sudah mencetak dua gol. Meskipun dalam lima pertemuan terakhir Jerman unggul atas Inggris, bukan tidak mungkin laga pada fase grup yang begitu menguras energi menjadi halangan bagi Jerman.

Pada fase grup Jerman harus susah payah agar bisa lolos. Bayang-bayang gugurnya Jerman menyusul para alumnus grup neraka bisa jadi kenyataan. Mengingat, Jerman harus tampil luar kandang.

Gugurnya tim-tim unggulan tentu menjadi Euro semakin menarik. Dua finalis Piala Dunia Prancis dan Kroasia sudah lebih dulu pulang, kemudian ada Portugal dan Belanda yang sudah tidak asing lagi dengan dunia sepak bola.

Kini, Jerman yang merupakan satu-satunya alumnus grup neraka harus berhadapan di tempat yang tidak netral yaitu di Wembley. Mampukah Jerman meneruskan langkahnya pada Piala Eropa kali ini? Atau langkah mereka harus terhenti nanti malam di Wembley?

Jika Jerman pulang, maka tim-tim unggulan akan pulang lebih cepat, bukan tidak mungkin kejadian pada 2004 terjadi, di mana Yunani yang tidak diunggulkan justru menjadi juara.

Hal tersebut sudah terlihat, tim-tim yang tidak diunggulkan justru bermain gemilang di fase 16 besar. Sebut saja Denmark yang bermain meledak di laga terakhir dan 16 besar. Selain itu, ada Swiss yang mampu menyingkirkan juara dunia Prancis.

Tentunya bukan tidak mungkin kejutan lain akan terjadi. Inilah yang membuat sepakbola tetap menarik untuk ditonton. Sepak bola bukanlah matematika yang bisa dihitung dengan coretan di atas kertas. Semuanya akan ditentukan di lapangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun