Pertandingan kedua ragnarok berakhir dengan dramatis. Andai Adam tidak habis stamina terlebih dahulu, maka manusia bisa mengalahkan dewa. Kekalahan Adam pada pertandingan kedua membuat manusia tertinggal dengan skor 2-0. Kini memasuki pertandingan ketiga.
Baca selengkapnya: Shuumatsu no Valkyrie: Pertarungan Kedua, Zeus Vs Adam
Siapa saja yang akan menjadi perwakilan dari dua kubu? Berikut pembahasan lengkapnya. Laga pada pertandingan kedua membuat para penonton terkesima, kini duel antara dewa melawan manusia berlanjut. Tiba-tiba suasana arena Valhalla berubah drastis.
Vahalla dipenuhi dengan air luat, burung-burung camar terbang di sekitar arena Valhalla. Di tengah air luat itulah timbul satu arena berbentuk lingkaran tempat berlangsungnya duel nanti. Kemudian datang perwakilan dewa yang gagah perkasa dengan trisula di tangannya.
Sang dewa menghentakan trisula ke tanah. Hentakan kecil trisula tersebut membuat lautan yang ada di Valhalla terbelah. Kemudian sang dewa berjalan di lautan terbelah tersebut. Dia adalah Poseidon dewa dari Yunani, si tiran laut.
Kehadiran Poseidon di Valhalla menjadi mencekam karena auanya yang begitu kuat. Poseidon merupakan salah satu dari dua belas dewa olimpus. Di dalam anime ini dijelaskan, dewa olimpus sebenarnya ada tiga belas.
Namun, Poseidon membunuh kakaknya sendiri yaitu Adamas. Kemudian sejarah ditulis ulang dan menjadi dua belas dewa olimpus. Lantas siapakah manusia berani yang akan menjadi lawan Poseidon?
Manusia tersebut cukup tua, berbeda dengan Poseidon yang masih muda dan gagah. Meskipun tua, manusia tersebut mempunyai tubuh yang kekar. Si manusia datang ke arena Valhalla menggunakan perahu kecil dan membawa samurai, dialah Sasaki Kojiro pendekar samurai yang terkenal di Jepang.
Para manusia merasa pesimistis pada Sasaki, bukan tanpa alasan, Sasaki merupakan pecundang terbesar dalam sejarah. Selama duel samurai, Sasaki tidak pernah menang. Sasaki selalu menyerah dari lawannya. Tetapi, kekalahan itu justru membuat Sasaki mencapai kesempurnaan dalam ilmu pedang.
Ketika bertarung dan kalah, Sasaki kemudian mempelajari semua teknik pedang lawannya dan terus berlatih melawan lawannya. Latihan tersebut dia lakukan di dalam pikirannya, hal itu terus dilakukan berulang-ulang sampai akhirnya Sasaki mampu hafal setiap pergerakan lawannya.