Pemain yang bekerja keras, gelandang pengangkut air, bermain ngotot, murah senyum, rendah hati, dan tidak mempunyai haters. Itulah gambaran saya tentang N'Golo Kante.
Sepak terjang Kante dalam dunia sepakbola memang begitu menginspirasi. Kante merupakan anak seorang imigran yang lahir di Prancis. Tempat tinggal Kante pun tidak mewah, bisa dibilang pinggiran kota.Â
Tidak ada yang mengenal siapa Kante karena memang dia seorang imigran. Dilansir dari LifeBlogger dan InformationCradle, Kante kecil harus menjadi pemulung membantu ayahnya agar bisa mendapatkan uang.
Masa kecil Kante tidak seindah pemain bola lain. Kante harus berjuang menyambung hidup dengan mencari barang bekas. Gelaran Piala Dunia 1998 yang berlangsung di Prancis membawa berkah bagi Kante.
Sebab banyak sampah yang bisa didaur ulang dan memberi penghasilan bagi keluarganya. Mencari peruntungan dari memulung jelas tidak akan memerdekakan finansial keluarganya. Akhirnya Kante mencoba peruntungan menjadi pemain sepakbola.Â
Debut profesional Kante adalah bermain untuk Boulogne di League 2. Kante mulai tampil secara reguler kala Boulogne bermain di Championnat National. Performanya yang apik menarik perhatian Klub Caen dan merekrutnya untuk bermain di Ligue 2 kembali.Â
Penampilan apik tersebut kemudian dilanjutkan di klub barunya. Berkat jasa Kante, Caen promosi ke  League 1. Tim asal Inggris Leicester City yang juga promosi ke Liga Inggris kemudian tertarik dengan jasa Kante.Â
Di tanah Inggris lah Kante memulai tuah magis senyumnya. Debut perdana Kante bersama Leicester City di Liga Inggris langsung berbuah manis. Leicester yang baru saja promosi, langsung tampil menjadi juara Liga Inggris pada 2016.
Melepas Kante merupakan kesalahan besar bagu Leicester City. Kante merupakan salah satu pemain kunci keberhasilan Leicester yang seperti di negeri dongeng. Musim selanjutnya, Kante kemudian hijrah ke Chelsea.Â
Di musim perdananya bersama The Blues, lagi-lagi langsung berbuah juara kala Chelsea diasuh Antonio Conte. Kante merupakan pemain yang merasakan dua gelar juara Liga Inggris di dua klub berbeda secara beruntun.Â