Mohon tunggu...
Dani Ramdani
Dani Ramdani Mohon Tunggu... Lainnya - Ordinary people

Homo sapiens. Nulis yang receh-receh. Surel : daniramdani126@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Theodor Herzl, Zionisme, dan Berdirinya Negara Israel

17 Mei 2021   20:57 Diperbarui: 18 Mei 2021   05:22 1105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kekerasan atas dasar apapun tidak bisa dibenarkan, termasuk mengatasnamakan agama sebagai upaya untuk melegalkan kekerasan. Tidak ada alasan pembenar kekerasan dijadikan jalan untuk menyelesaikan konflik.  

Pada idul fitri kita dipertontonkan bagaimana kekerasan itu terjadi. Umat muslim di Palestina yang seharusnya merayakan kemenangan spiritual setelah menjalankan ibadah puasa, justru dihantui ketakutan. 

Umat muslim yang seharusnya larut dalam perayaan idul fitri, justru harus menangis, menangis bukan karena meraih kemenangan menjalankan ibadah puasa. Akan tetapi menangis karena teror yang tidak berkesudahan. 

Jerussalem merupakan kota dengan tiga iman. Kota suci bagi tiga agama sekaligus, yaitu Yahudi, Kristen, dan Islam. Bagi umat Islam, kota tersebut merupakan kota suci, di kota tersebut terdapat kiblat pertama umat muslim, yaitu Masjid Al Aqsa.

Di Masjid Al Aqsa, Nabi Muhammad melakukan perjalanan spiritual ke Sidratulmuntaha dalam peristiwa Isra Mi'raj setelah sebelumnya berangkat dari Masjidil Haram di Makkah.

Di sisi lain, bangsa Yahudi juga meyakini bahwa Jerussalem merupakan tempat suci bagi mereka. Tidak ada bangsa lain yang pantas mendiami kawasan tersebut selain bangsa Yahudi yang mereka anggap sebagai manusia pilihan Tuhan.

Lalu bagaimana negara Israel bisa terbentuk, yang pada dasarnya tidak diperbolehkan oleh agama Yahudi bahkan bisa dibilang haram. Apa yang mendasari bangsa Yahudi untuk mengingkari keyakinannya sendiri. 

Pada awal abad masehi, Judea ditaklukan oleh bangsa Romawi. Bangsa Judea mencoba melawan, akan tetapi tidak berhasil. Mereka kemudian bermigrasi ke Eropa.

Orang-orang Eropa menyebut mereka sebagai bangsa Yahudi karena menganut ajaran Judaisme. Orang-orang Yahudi selama masa pengasingan sering mendapat perlakukan diskriminasi, bahkan ketika mereka menganut agama masyarakat setempat.

Mereka tinggal di tempat pengasingan, satu kawasan yang kumuh, dan tidak diperbolehkan bepergian sesuka hati. Salah satu gambaran dari situasi ini ada dalam serial anime Attack On Titan.

Di dalam anime tersebut, bangsa Eldia yang tinggal di Marley tinggal di distrik khusus.
Mereka diwajibkan memakai ban di lengan sebagai bukti bahwa mereka orang Eldia.

Selain itu, dalam anime itu juga disebutkan bahwa orang Eldia yang ada di Marley tidak bisa dengan bebas keluar dari distrik, kecuali ada ijin dari petugas. 

Dalam ajaran Yahudi, mereka semua nantinya akan dikumpulkan kembali di tanah Jerussalem ketika Mesias datang. Diskriminasi yang mereka dapatkan adalah sebagai bentuk hukuman karena tidak patuh dengan Tuhannya.

Akan tetapi, seperti ajaran agama lainnya, perlahan ajaran itu mulai pudar. Terutama ketika terjadi peperangan di Eropa yang memantik semangat nasionalisme. Ditambah lagi dengan pengaruh ideologi dan filsafat barat.

Seorang jurnalis yang bernama Theodor Herzl menyimpulkan bahwa bangsa Yahudi selamanya akan mendapatkan diskriminasi. Jalan satu-satunya adalah dengan mendirikan negara yaitu Israel. Ide Herzl ini kemudian dikenal dengan sebutan Zionisme.

Ajaran Herzl jelas bertentangan dengan agama yang dianut oleh bangsa Yahudi. Bangsa Yahudi beranggapan mereka akan diselamatkan oleh Messias, sementara Herzl menempatkan nasionalisme bangsa Yahudi dan tujuan utamanya adalah Israel.

Herzl merasa bangsa Yahudi harus mengambil takdirnya dan segera membentuk negara di Palestina, di tanah yang dijanjikan. Herzl kemudian menyebarkan ajarannya secara massif.

Meskipun mendapat banyak penolakan. Hal itu karena bertentangan dengan agama, satu-satunya cara yang bisa menyatukan dan menyelamatkan bangsa pilihan Tuhan hanyalah Messias.

Herzl kemudian berusaha melobi kekaisaran Ottoman untuk meminta tanah di Palestina, yang memang pada saat itu berada di bawah kekaisaran Ottoman.

Akan tetapi, tawaran itu ditolak, Ottoman tidak akan memberikan sejengkal tanah pun pada bangsa Yahudi. Herzl kemudian mendekati musuh kekaisaran Ottoman, yaitu Inggris.

Inggris menyetujui, akan tetapi tanah yang dimaksud adalah Uganda. Jelas tawaran tersebut ditolak, karena yang diinginkan adalah Palestina. Pada tahun 1914, Otttoman dan Jerman terlibat dalam perang dunia 1 melawan sekutu.

Inggris yang merupakan salah satu sekutu mendukung nasionalisme bangsa Arab untuk lepas dari kekaisaran Ottoman. Bagi bangsa Yahudi yang sudah menetap di Palestina, Inggris merupakan ancaman bagi mereka, karena mendukung nasionalisme bangsa Arab untuk lepas dari Ottoman.

Sementara para Yahudi di Eropa, Ottoman adalah ancaman, untuk itu mendukung Inggris adalah hal rasional. Inggris kemudian berhasil menundukan Ottoman.

Inggris mempunyai kekuasaan penuh atas Kekaisaran Ottoman. Tahun 1921, Inggris mendirikan kerajaan Transjordan, kerajaan tersebut bukanlah untuk orang Yahudi.

Bangsa Arab yang berada di Palestina menuntut hal serupa yaitu merdeka, begitupun dengan bangsa Yahudi menuntut hal yang sama. Bangsa Yahudi semakin membenci Inggris dan Arab, kemudian terjadi konflik antara bangsa Arab dan Yahudi di Palestina. 

Inggris kewalahan dengan konflik tersebut, kemudian menghentikan imigrasi bangsa Yahudi ke Palsetina. Tahun 1939 merupakan tahun horror bagi bangsa Yahudi, apalagi setelah Jerman dikuasi oleh Nazi pimpinan Hitler.

Inggris kemudian lepas tangan atas konflik yang terjadi di Palestina, kemudian PBB mengambil keputusan untuk membagi wilayah Palestina, sebagian untuk bangsa Yahudi sebagian untuk bangsa Arab Palestina, sedangkan Jerussalem untuk PBB.

Pada tahun 1948 Israel memproklamasikan kemerdekaannya. Kurang lebih seperti itulah sejarah berdirinya Israel. Israel buah dari sebuah ide yang sebenernya bertentangan dengan ajaran agamanya.

Namun, nyatanya pendirian negara tersebut tidak menjadikan konflik berhenti. Konflik justru terus berlanjut sampai saat ini. Hasrat ingin merebut kota suci terus berlanjut sampai saat ini. 

Apa yang terjadi saat ini tidak mencerminkan perilaku bangsa pilihan Tuhan sebagaimana yang mereka klaim selama ini. Dengan dasar itu, mereka seakan menjadi ras yang paling istimewa di dunia ini. 

Dari sudut kacamata apapun, jelas salah. Apalagi dari sudut kemanusiaan. Entah sampai kapan konflik tersebut akan berakhir. Kota yang tadinya suci bagi tiga agama, justru menjadi tempat pertumpahan darah. 

Bukankah perbuatan tersebut telah mengotori kesucian dari kota itu? Marilah kita lihat masalah ini dari sisi kemanusiaan. Semoga saja masalah ini mendapatkan titik temu, dan tetap menjaga kesucian kota suci. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun