Mohon tunggu...
Dani Ramdani
Dani Ramdani Mohon Tunggu... Lainnya - Ordinary people

Homo sapiens. Nulis yang receh-receh. Surel : daniramdani126@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Belajar Seni Berbicara di Depan Umum Lewat "Mubalighin Mubalighoh"

28 April 2021   16:28 Diperbarui: 28 April 2021   16:38 2081
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berbicara di depan umum tentu tidak mudah. Tidak semua orang mempunyai keahlian untuk berbicara di depan orang banyak. Butuh keberanian dan pengalaman untuk bisa lancar berkomunikasi di depan umum. 

Ketika mengaji dulu, para siswa diajarkan untuk bisa berbicara di depan umum. Salah satu metode yang digunakan adalah lewat pelajaran yang disebut "mubalighin dan mubalighoh, ".

"Mubaligh" adalah sebutan untuk penceramah lelaki, sedangkan "mubalighah" adalah sebutan untuk  penceramah perempuan. Jadi mubalighin dan mubalighoh adalah pelajaran untuk menyampaikan materi yang telah dipelajari sebelumnya dengan metode dakwah. 

Tujuan utama dari pelajaran ini adalah, kita dituntut untuk bisa berbicara di depan khalayak umum. Selain itu, beberapa pelajaran seperti fiqih, hadist, maupun tauhid bisa menjadi materi untuk dijadikan pembahasan ceramah nanti.

Dalam pelajaran ini, setiap siswa dituntut untuk bisa menguraikan setiap materi pelajaran yang telah dipelajari sebelumnya. Dan yang terpenting adalah menyampaikan materi tadi dengan bahasa yang bisa dicerna oleh umum. 

Biasanya dalam pelajaran ini, semua siswa dari berbagai kelas dikumpulkan dalam satu ruangan. Hal tersebut tentu menjadi tantangan tersendiri ketika berbicara di depam umum. 

Panggung kecil tersebut hanya gambaran ketika sudah berada di masyarakat sana nanti. Biasanya dalam acara ini, tidak hanya diisi dengan ceramah saja. 

Setiap siswa selain dituntut untuk bisa menjadi penceramah, juga dituntut untuk bisa memandu acara, melakukan sambutan, membaca tilawah qur'an dan membaca doa. 

Mubalighin dan mubalighoh merupakan suatu gambaran dalam acara islam. Misalnya dalam acara maulid nabi, pasti akan ada pembawa acara, pembaca qur'an, penceramah dan pembaca doa. 

Setiap siswa dituntut untuk bisa menguasai semua aspek tadi. Pemilihan untuk setiap posisi dipilih secara acak dengan metode diundi. Setiap bulan seseorang mempunyai peranan tersendiri. 

Jika di bulan sebelumnya mendapatkan posisi sebagai penceramah, maka untuk bulan depan harus posisi lain, dan terus seperti itu sampai semua posisi pernah dicoba oleh setiap siswa. 

Saya sendiri lebih senang berbicara dibandingkan membaca qur'an. Alasannya suara saya pas-pasan, tidak enak didengar untuk tilawah qur'an. Dari sinilah karakter setiap siswa bisa terlihat. 

Mana yang lebih ahli menjadi pembawa acara, penceramah, pembaca qur'an dan seterusnya. Saya sendiri ketika terpilih sebagai penceramah mengambil tema yang ringan. 

Ringan untuk diri saya sendiri, karena tidak akan menyulitkan ketika menyampaikan materi ceramah nanti. Selain itu, materi yang ringan bisa dengan mudah dicerna oleh hadirin. 

Nah, baik pembawa acara maupun penceramah, setidaknya harus menguasai mukadimah. Metode mukadimah dalam ceramah cukup simple.

Diawali dengan membaca hamdallah, membaca syahadat, kemudahan membaca shalawat, membaca ayat Al-qur'an yang akan menjadi bahan ceramah dan terakhir adalah hadist sebagai penguat dari ayat Al-qur'an tadi. 

Inspirasi materi ceramah yang saya bawakan ketika itu sebenarnya hanya dari sebuah lagu religi. Yaitu lagu yang berjudul demi masa yang dibawakan oleh Raihan. Saya yakin pasti pembaca pernah mendengar lagu ini. 

Jika saya tidak keliru, judul lagu tersebut merupakan terjemahan dari surat Al-'Ashr. Liriknya pun mirip dengan terjemahan surat ini. Ditambah lagi satu hadist tentang pentingnya waktu. 

Jadi lagu tersebut sudah cukup untuk dijadikan materi ceramah. Bisa juga dimasukan dalam mukadimah dakwah. Tinggal ditambah hadist tentang pentingnya waktu. 

Berbicara soal waktu, sesungguhnya manusia itu rugi. Apabila waktu itu tidak digunakan dengan baik. Kecuali bagi mereka yang beramal saleh dan selalu berbuat kebajikan. 

Rasulullah Saw pernah bersabda kepada seorang laki-laki dan menasihatinya;

"Jagalah lima perkara sebelum (datang) lima perkara (lainnya). Mudamu sebelum masa tuamu, sehatmu sebelum sakitmu, kayamu sebelum miskinmu, waktu luangmu sebelum sibukmu dan hidupmu sebelum matimu." (HR Nasai dan Baihaqi)

Dalam hal beribadah misalnya, selagi kita masih muda ya lalukan sekarang juga. Jangan berpikir bahwa ibadah itu nanti di hari tua, padahal belum belum tentu kita bisa merasakan hari tua.

Beribadahlah selagi waktu lapang sebelum datang waktu sibuk. Hal ini begitu saya rasakan ketika usia sudah dewasa. Kesibukan dunia dan pekerjaan terkadang membuat waktu ibadah tergeser. 

Selagi masih diberi harta yang cukup maka hendaklah beramal, bersedekah. Harta sejatinya titipan dari Allah dan ada sebagian dari harta kita milik mereka yang membutuhkan. 

Intinya, selagi kita mempunyai kondisi lima tadi, yaitu muda, waktu luang, sehat, cukup harta, dan yang paling penting adalah masih diberikan hidup, maka gunakan waktu tersebut dengan baik. 

Isi waktu tersebut dengan ibadah dan hal positif. Jangan sampai kita termasuk ke dalam orang-orang yang merugi karena tidak bisa memanfaatkan waktu yang lima tadi. 

Kita tidak akan tahu betapa nikmatnya rasa sehat jika kita tidak tahu apa itu rasa sakit. Begitu juga dengan kondisi waktu yang lain, lebih lagi hidup, kita hanya diberi waktu hidup satu kali di dunia. 

Kehidupan yang satu kali ini akan menentukan kita di kehidupan ke dua di akhirat nanti. Jadi manfaatkan waktu itu agar kita tidak termasuk ke dalam orang yang rugi di akhirat nanti. 

Acara mubalighin tidak hanya sekedar mengasah kita untuk menyampaikan materi. Lebih dari itu, kita menjadi terbiasa ketika berbicara di depan umum. 

Ketika sudah terjun ke masyarakat, karena sudah dilatih dari awal. Maka rasa grogi itu bisa dihindari, setidaknya itu yang saya rasakan. 

Meskipun saya tidak ahli dalam berdakwah. Tetapi untuk berbicara di depan umum yah bisa lah. Karena sudah dilatih sedemikian rupa. Hal tersebut berguna untuk memaparkan sesuatu, entah itu di dunia kerja maupun di dunia pendidikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun