Bulan ramadan memang membawa kesan tersendiri. Apalagi ketika waktu kecil dulu, untuk mengisi kegiatan selama puasa biasanya dihabiskan dengan bermain.Â
Beruntung rasanya masih bisa merasakan beberapa permainan tradisional, mengisi waktu puasa dengan bermain bersama kawan memang mengasyikkan.Â
Kala itu, HP di zaman saya belum canggih seperti sekarang. Sehingga rasa persahabatan begitu kental tanpa adanya HP. Nah ada beberapa permainan yang saya mainkan untuk mengisi waktu puasa. Berikut diantaranya.
1. PetasanÂ
Kala itu, bulan puasa tanpa main petasan kurang afdol. Agar tidak mengganggu tetangga, biasanya saya main petasan agak jauh. Waktu itu, sawah dan empang masih banyak dan menjadi tempat bermain.ÂSaya dan teman-teman memilih bermain di empang tetangga saya. Petasan tersebut kemudian dilemparkan ke dalam empang, dan "duar" air dalam empang menyembur, seperti bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki.Â
Imajinasi yang liar kala itu adalah, saya mencoba inovasi baru. Petasan tersebut diberi pemberat tanah liat. Jadilah granat yang siap dilemparkan ke dalam empang.Â
Kemudian granat tanah liat tersebut dilemparkan ke empang, bunyinya tidak nyaring. Tetapi, tempat saya berdiri bergetar akibat ledakan granat tanah liat tadi. Permukaan air empang menghasilkan gelombang kecil.Â
Si empunya empang pun datang, akhirnya kami dimarahi, dan ya main kejar-kejaran. Betapa keji dan jahatnya perbuatan tersebut, perbuatan tersebut jelas mengganggu kedamaian penghuni empang.Â
Dan benar saja, ikan-ikan dalam empang tersebut ditemukan mengambang di atas air. Semuanya mabok karena petasan yang saya lempar bersama teman-teman.Â
Bagi yang bermain petasan, sebaiknya hati-hati. Karena bisa membahayakan diri sendiri dan perbuatan di atas jangan ditiru.Â
2. Perang sarung dan kembang api
Sebelum shalat terawih dimulai, ada beberapa ritual yang dilakukan. Kalau tidak main kembang api ya perang sarung. Kembang api memang seru, tetapi lebih seru perang sarung.Â
Meskipun agak menyiksa badan, permainan ini memang asyik. Agar beban pukulan makin ajib, biasanya saya mengikat ujung sarung tersebut. Terciptalah gada sarung.Â
Meskipun sakit dan pusing, entah mengapa waktu itu enjoy dan terasa mengasyikkan. Pertumpahan air mata tidak begitu dihiraukan yang ada hanya keseruan.Â
Akan tetapi, dalam permainan ini jangan sampai terbawa emosi. Nanti bisa perang sungguhan, yang tadinya main-main menjadi beneran. Jadi jangan terlau berlebih ketika memukul, jangan pula mengarah ke kepala.Â
3. Monopoli
Jika dua permainan di atas terkesan ekstrem, permainan yang selalu saya mainkan waktu itu adalah monopoli. Berbeda dengan sekarang, monopoli waktu itu memang dimainkan secara offline.Â
Permainan ini mengajarkan kita untuk mengelola sebidang tanah. Tanah tersebut nantinya akan menghasilkan uang bagi kita. Uang tersebut didapat dari sewa.Â
Setiap pemain yang masuk ke dalam tanah kita akan dikenakan uang sewa tanah. Uang sewa akan meningkat apabila tanah tersebut sudah dibangun rumah atau hotel.
Secara tidak sadar, permainan ini mengajarkan kepada kita bagaimana menjadi tuan tanah, tepatnya tuan tanah rakus. Seseorang dikatakan kalah apabila aset atau harta yang dia punya habis.Â
Biasanya tanah akan digadaikan ke bank, namun jika tidak sanggup membayar maka bank akan menyitanya. Begitulah inti permainan ini, menjadi kaya dan membuat orang menjadi miskin.Â
Namanya juga monopoli, waktu itu saya cukup andal menjadi tuan tanah dalam permainan ini.Â
4. Main kartu
Permainan lainnya adalah kartu. Kartu yang dipakai bukan kartu gaple, tetapi kartu yang digunakan untuk remi.ÂJangan salah, permainan yang digunakan alakadarnya. Bukan remi, tetapi permainan biasa. Jika kalah, maka muka lawan akan dicontreng dengan bedak cair.Â
Semakin banyak kekalahan yang diderita, maka wajah teman akan menjadi media untuk mengekspresikan diri. Wajah teman bak kanvas yang siap digoreskan cat minyak.Â
5. Ludo
Ludo menjadi salah satu permainan favorit kala itu. Dimainkan oleh empat orang dengan memegang empat bidak yang berbeda warna.ÂInti dari permainan ini adalah kita harus memasukkan bidak kita ke dalam rumah. Selama perjalanan itu, biasanya akan ada saling sikut.
Kita harus pintar mengatur strategi, bidak mana yang akan dipindahkan dan bisak mana yang akan digunakan untuk menghalau lawan.Â
Seseorang akan dinyatakan menang apabila berhasil memasukkan semua bidaknya, yang lebih dulu memasukkan semua bidak itu yang menang.Â
Itulah beberapa permainan favorit yang saya mainkan waktu kecil dulu. Bermain bersama kawan memang mengasyikkan, selain itu kita juga menjadi pandai dalam bersosialisasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H