Makan bersama alias munggahan biasa diisi dengan acara ngaliwet. Tentunya diantara pembaca ada yang tahu apa itu nasi liwet mungkin pernah mencoba atau membuatnya.
Lauk atau teman nasi liwet sendiri sederhana, tidak perlu mewah yang penting nikmat. Begitulah kenikmatan dalam ngaliwet. Biasanya lauk dalam nasi liwet ada tempe goreng, tahu goreng, dan panganan wajib adalah sambal.Â
Nasi liwet tanpa sambal hambar rasanya, nasi liwet memang paling nikmat dipadukan dengan sambal yang menggugah selera. Apalagi tomat yang dipakai masih segar ditambah siraman jeruk nipis.Â
Sensasi nasi liwet yang gurih karena santan, dan pedasnya sambal menambah kenikmatan tersendiri. Nasi liwet tidak lengkap jika tidak ada lalapan.Â
Orang Sunda terkenal karena lalapannya. Entah itu selada, daun kemangi, kol, kacang panjang, terung hijau, petai, dan jengkol. Hampir semua sayuran tersebut dimakan mentah, untuk jengkol dan petai memang ada yang menikmatinya digoreng terlebih dahulu.Â
Tetapi untuk sayuran lainnya, saya sendiri lebih senang memakan mentah. Apalagi jika dococol dengan sambal, ditambah nasi liwet hangat, nikmat rasanya.Â
Nasi liwet sendiri biasanya disajikan di atas daun pisang yang terlebih dahulu dileumpeuh alias dibakar diatas api, nah agar lembih nikmat ngaleumpeuh biasanya tidak di atas kompor, melainkan di atas kayu bakar.
Tidak ada piring, semuanya ditaro di atas daun pisang yang dibakar tadi. Nasi, tahu, tempe, dan semua lalapan menjadi satu kesatuan. Di sinilah kebersamaan itu tercipta, dan nikmatnya makan nasi liwet.Â
Untuk munggahan sendiri biasanya ada menu tambahan, yaitu daging ayam. Entah siapa yang memulai tradisi ini, biasanya munggahan dan sahur pertama pasti makan daging ayam atau sapi.Â
Selain diisi dengan makan bersama, biasanya sebelum memasuki bulan suci ramadhan diisi dengan tradisi nyekar alias ziarah. Keluarga saya sendiri biasa melakukan ini, terutama ke makam almarhum kakek saya.Â