Kira-kira pulul 11 malam benar-benar beres dan bisa istirahat. Jika ada tugas, maka biasanya dari sisa waktu itu saya gunakan untuk mengerjakan tugas sampai pukul 12 malam kemudian istirahat. Kehidupan semacam itu saya lakukan sampai semester 5.
Hasil dari kerja sampingan tersebut, saya akhirnya bisa ngopi dengan teman-teman saya dengan menggunakan uang dari hasil kerja sampingan tadi, uang tersebut saya tabung untuk keperluan pendidikan saya.Â
Uang tabungan tersebut saya gunakan untuk membeli buku kuliah dan buku bacaan di luar kuliah. Selama nyambi, saya tidak pernah meminta uang lebih untuk kebutuhan buku bacaan.Â
Meskipun melelahkan dan menyita waktu istirahat, tetapi kuliah tetap jalan dan kerja sampingan pun sama. Meskipun dalam kuliah saya tidak pintar-pintar sekali, tetapi sebisa mungkin pekerjaan sampingan ini tidak mengganggu pendidikan saya.Â
Jika esok harinya jadwal pagi, maka pekerjaan sampingan tidak saya ambil. Tetapi jika jadwal kuliah siang, maka saya pasti nyambi. Begitulah saya mengatur waktu antara kuliah dan kerja sampingan.Â
Dibalik itu semua, saya mengambil pelajaran hidup, ada setiap hikmah dibalik itu semua. Dibalik pasnya uang perminggu, saya jadi tahu kapan harus mengikuti kebutuhan dan kapan mengikuti keinginan.Â
Selain itu, dibalik pekerjaan sampingan yang saya lalukan. Saya menjadi tahu bagaimana cara mendapatkan uang itu, saya jadi berpikir bagaimana susahnya orangtua saya mencari biaya untuk anaknya.Â
Karena tahu lelahnya mencari uang, saya tidak berani meminta uang di luar kebutuhan kuliah atau menipu orangtua. Ya semua orang dalam hidupnya pernah melakukan aksi itu, biaya yang harusnya sekian dilebih-lebihkan, bahkan ada yang sengaja meminjam stempel dan membeli kuitansi untuk meyakinkan. Sungguh dzalim kalian. Â Hehehehe
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H