Mohon tunggu...
Dani Ramdani
Dani Ramdani Mohon Tunggu... Lainnya - Ordinary people

Homo sapiens. Nulis yang receh-receh. Surel : daniramdani126@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Artikel Utama

Pengalaman Berbincang dengan Warga Binaan di Nusakambangan

29 Maret 2021   12:56 Diperbarui: 29 Maret 2021   20:52 821
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kelompok penulis ketika berdialog dengan warga binaan. Dokumen pribadi.

Sebelum menyelesaikan tugas akhir skripsi, di kampus penulis terlebih dahulu harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan Kuliah Kerja Lapangan (KKL). 

KKN sendiri diadakan oleh pihak universitas sedangkan KKL lebih ke program fakultas. Mungkin setiap fakultas mempunyai program semacam itu. Untuk fakultas hukum sendiri, mengadakan kunjungan ke lapas Nusakambangan. Ini dilakukan sebelum covid-19 tiba di Indonesia, awal Januari 2020

Tujuan dari KKL tersebut untuk meneliti lebih lanjut bagaimana implementasi Undang-Undang Pemasyarakatan dan hak-hak warga binaan selama di dalam lapas. 

Pihak fakultas membagi ke dalam beberapa kelompok, satu kelompok terdiri dari 7 sampai 10 orang. Tim rombongan berangkat dari Bandung pada malam hari, tujuannya agar setibanya di lapas pada pagi hari. 

Kami tiba di lokasi sekitar jam 8 pagi, karena terbiasa cuaca sejuk di Bandung, cuaca di lokasi terasa begitu panas, maklum karena dekat dengan laut. 

Sebelum memasuki lapas, terlebih dahulu menghabiskan waktu dengan berswafoto, mengabadikan momen, ya jarang-jarang datang ke sini. 

Setibanya di pintu pemeriksaan, semua barang bawaan ditinggalkan di pos penjagaan. Tidak boleh membawa apapun, telefon, kamera, semuanya ditinggalkan. Hanya satu kamera saja yang diizinkan, yaitu kamera yang dibawa oleh pihak fakultas untuk keperluan dokumentasi. 

Setelah melewati pintu masuk, langsung disuguhkan dengan laut, entah itu laut atau sungai yang jelas hanya perairan, untuk tiba di pulau harus menyebrang terlebih dahulu menggunakan kapal, kira-kira 30 menitan. 

Kapal
Kapal "pengayoman" yang digunakan untuk menyebrang pulau, btw muka penulis terhalang oleh teman yang gondrong. Dokumen pribadi

Selagi menyebrang, penulis hanya bisa merenung membayangkan betapa sunyi di sini, membayangkan untuk keluar dari sini saja sudah membuat stres. 

Setibanya di pulau, penulis kira sudah langsung sampai di lapas. Ternyata lapas yang dituju masih cukup jauh, penulis kira cukup ditempuh dengan jalan kaki, tetapi harus menggunakan bus mini yang disedikan oleh pihak lapas dengan bertuliskan "Kemenkumham".

Perjalanan cukup jauh, kira-kira sekitar satu jam lebih. Jalan menuju lapas sendiri tidak terlalu besar, tidak ada kata macet dalam perjalanan itu, yang ada hanya bus yang ditumpangi dan beberapa motor yang digunakan oleh para petugas. 

Selama perjalanan, pemandangan yang disuguhkan hanyalah hutan, pohon rindang serta beberpa jurang yang curam, ya agak sedikit horor juga perjalanan itu. Beberapa hewan juga terlihat di pohon, seperti ular. 

Nusakambangan sendiri terdiri dari beberapa lapas, yaitu lapas batu yang dibangun pada tahun 1925, Lapas Besi dibangun pada 1926, Lapas Kembang Kuning dibangun pada 1928, dan Lapas Permisan, merupakan lapas tertua yang dibangun pada tahun 1908.

Lapas yang dituju oleh kami adalah Lapas Permisan, lapas yang paling jauh, ya itu hanya perkiraan saya saja, karena untuk mencapai Lapas Permisan, melewati beberapa lapas di atas terlebih dahulu. 

Lapas sendiri terdiri dari empat kategori, yaitu super maximum security, maximum security, medium security, dan minimum security.

Penggolongan tersebut diambil dari perilaku para warga binaan, bagi warga binaan yang berpotensi mengulangi perbuatannya, maka akan masuk kategori super maximum dan maxium security. Bagi warga binaan yang sudah sadar akan perbuatannya, maka akan masuk kategori medium dan maximum security. 

Tentunya untuk para mahasiswa akan masuk ke dalam lapas dengan kategori medium dan minimum security. 

Setibanya di lapas, kami diperiksa kembali oleh petugas lapas guna memastikan kembali agar tidak membawa apa-apa.

Sambil menunggu teman-teman yang lain masuk lapas, saya memperhatikan keadaan sekitar lapas, ada beberapa sarana olahraga, seperti bulutangkis, tenis lapangan, kemudian ada juga tempat bagi warga binaan mengembangkan bakatnya, seperti musik dan juga permesinan. Ada juga mushola.

Sekilas saya melihat beberapa warga binaan, tidak semuanya orang Indonesia, tetapi ada juga warga binaan dari luar negeri, saya tidak tahu dari negara mana saja. 

Ketika kami semua sudah siap, kami bergegas menghampiri para warga binaan untuk berdialog. Para warga binaan memandang kami dengan penuh rasa tanda tanya, ada juga yang memandang dengan tatapan yang tajam, saya tidak berani menatap balik, hanya menundukkan kepala saja. 

Ada juga yang memandang dengan tatapan liar ketika melihat para teman perempuan saya, matanya begitu menyala, untuk itu sebelum masuk ke lapas, para dosen mengingatkan agar perempuan memakai baju yang longgar, jangan memakai baju yang menunjukkan bentuk tubuh. 

Saya jadi berpikir mengapa mereka menatap perempuan seperti itu, kemudian saya hanya bisa merenung tentang kondisi di sini di tengah pulau yang jauh, bertahun-tahun di sana tanpa melihat perempuan, mungkin begitu. 

Atau ada yang sudah beristri tetapi selama bertahun-tahun tidak bertemu dengan istrinya, tentunya mereka juga manusia, yang sudah berumah tangga tentunya tidak hanya kebutuhan lahir, tetapi kebutuhan biologis pun harus dipenuhi. 

Ternyata hal tersebut juga sama terjadi di lapas yang dihuni perempuan, ini yang dialami ketika berkunjung ke Sukamiskin, semuanya begitu. Ya wajar menurut saya, itu natural. 

Kemudian kelompok saya menemui seorang bapak, dengan memaki kaus warna biru, celana pendek, dan tidak memakai alas kaki. Kelompok kami memutuskan untuk berdialog dengan bapak tersebut. 

Kelompok penulis ketika berdialog dengan warga binaan. Dokumen pribadi.
Kelompok penulis ketika berdialog dengan warga binaan. Dokumen pribadi.

Dialog dimulai dengan perkenalan diri, dan menceritakan kronologi mengapa bisa sampai di Nusakambangan. Si bapak berceritera bahwa dia berasal dari Belitung, umurnya 50 tahunan dan sudah cerai dengan istrinya. 

Si bapak kemudian pergi ke Jakarta, tetapi di sana justru menjadi kurir narkoba. Kemudian si bapak menjelaskan, selama menjadi kurir, seperti main kucing-kucingan dengan petugas BNN, dan akhirnya tertangkap juga. 

Si bapak tertangkap di Jakarta dengan barang bukti 4 telefon, dan 2 laptop, serta sabu-sabu, saya lupa lagi besaranya, tetapi di atas satu kilo, dan pil ekstasi yang berjumlah ribuan. Saya tidak menyangka di balik fisiknya yang bersifat kebapakaan ternyata memilih perbuatan hal yang salah. 

Kemudian dia berbicara tentang proses ditangkap sampai ke pengadilan. Sekilas timbul pertanyaan bagaimana bapak diperlakukan oleh penegak hukum selama proses BAP sampai persidangan, si bapak kemudian menjawab, "Alhamdulillah saya diperlakukan dengan baik".

Kemudian dia bercerita tentang proses pesidangan, dari mulai dakwaan sampai dengan putusan. Semuanya detail sekali, si bapak bercerita juga bahwa jaksa yang menuntut dia sama dengan jaksa dalam kasus pembunuhan kopi sianida. 

Mahasiswa mungkin mempelajari hukum, dan menafsirkan apa itu hukum hanya dari buku tebal, buku bacaan. Tetapi, si bapak begitu fasih menjelaskan proses persidangan, inilah hukum yang senyatanya terjadi. 

Si bapak memahami hukum atas apa yang dia alami sendiri, berbeda dengan saya yang hanya lewat buku. Kemudian sekilas dia menyinggung tentang PP Nomor 99 Tahun 2012 tentang hak warga binaan. 

Si bapak menjelaskan PP tersebut dengan teliti, lagi-lagi di sini seseorang memahami apa itu hukum berdasarkan kejadian yang dialami. 

Saya salut si bapak bisa menjelaskan PP tersebut dengan baik. Lalu, si bapak bercerita bahwa divonis 15 tahun penjara, dan kemudian kami bertanya apakah bapak tidak akan mengajukan banding pada saat itu. 

Kemudian si bapak menjawab, "Setelah hakim memvonis saya, hakim juga memberikan kesempatan kepada saya untuk melakukan banding, dan diberi waktu untuk memikirkannya selama dua minggu. Namun saya tidak mengambil banding, karena tidak mempunyai kuasa hukum".

Kemudian di bercerita, awalnya tidak ditempatkan di Nusakambangan, dia lupa lapas apa, tetapi kemudian dipindah ke Nusakambangan karena lapas tersebut banjir. 

Kemudian pertanyaan muncul kembali dari kami terkait bagaimana dengan suasana lapas di sini. Si bapak mengatakan bahwa di lapas tersebut kondisi semua baik baik, kamar-kamar tidak over, bahkan setiap minggu ada siraman rohani.

Di akhir dialog, si bapak memberi nasihat kepasa kami agar jangan sampai berurusan dengan hukum dan jadilah warga negara yang baik serta gunakan ilmu hukum yang diajari di universitas itu sebaik mungkin. 

Ternyata waktu kunjungan sudah habis, padahal masih ingin mendengarkan lebih jauh lagi. Namun, tetap nasihat tersebut masih saya ingat sampai hari ini.

Sekilas saya melihat mata si bapak, saya hanya bisa menebak bahwa semua warga binaan yang diajak berdialog seakan-akan butuh teman untuk mengobrol. Itu yang saya rasakan bahkan teman-teman saya dan saya pun ikut mendengarkan begitu khusyuk, seperti seorang bapak yang menceritakan dongeng sebelum tidur kepada anak-anaknya. Penuh dengan semangat, ada satu beban yang terlepas ketika berdialog semacam itu, tetapi sayangnya waktu kunjungan telah usai, dan kami harus meninggalkan lapas untuk kembali pulang. 

Para warga binaan juga manusia, sudah selayaknya mereka diperlakukan dengan sebaik-baiknya, haknya diperhatikan, karena setelah masa tahanan habis akan menjadi manusia yang baru dan masyarakat harus menerimanya dengan baik. 

Nah itulah pengalaman yang ingin saya bagikan di Kompasiana, semoga ulasan ini bisa memberikan manfaat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun