Setibanya di pulau, penulis kira sudah langsung sampai di lapas. Ternyata lapas yang dituju masih cukup jauh, penulis kira cukup ditempuh dengan jalan kaki, tetapi harus menggunakan bus mini yang disedikan oleh pihak lapas dengan bertuliskan "Kemenkumham".
Perjalanan cukup jauh, kira-kira sekitar satu jam lebih. Jalan menuju lapas sendiri tidak terlalu besar, tidak ada kata macet dalam perjalanan itu, yang ada hanya bus yang ditumpangi dan beberapa motor yang digunakan oleh para petugas.Â
Selama perjalanan, pemandangan yang disuguhkan hanyalah hutan, pohon rindang serta beberpa jurang yang curam, ya agak sedikit horor juga perjalanan itu. Beberapa hewan juga terlihat di pohon, seperti ular.Â
Nusakambangan sendiri terdiri dari beberapa lapas, yaitu lapas batu yang dibangun pada tahun 1925, Lapas Besi dibangun pada 1926, Lapas Kembang Kuning dibangun pada 1928, dan Lapas Permisan, merupakan lapas tertua yang dibangun pada tahun 1908.
Lapas yang dituju oleh kami adalah Lapas Permisan, lapas yang paling jauh, ya itu hanya perkiraan saya saja, karena untuk mencapai Lapas Permisan, melewati beberapa lapas di atas terlebih dahulu.Â
Lapas sendiri terdiri dari empat kategori, yaitu super maximum security, maximum security, medium security, dan minimum security.
Penggolongan tersebut diambil dari perilaku para warga binaan, bagi warga binaan yang berpotensi mengulangi perbuatannya, maka akan masuk kategori super maximum dan maxium security. Bagi warga binaan yang sudah sadar akan perbuatannya, maka akan masuk kategori medium dan maximum security.Â
Tentunya untuk para mahasiswa akan masuk ke dalam lapas dengan kategori medium dan minimum security.Â
Setibanya di lapas, kami diperiksa kembali oleh petugas lapas guna memastikan kembali agar tidak membawa apa-apa.
Sambil menunggu teman-teman yang lain masuk lapas, saya memperhatikan keadaan sekitar lapas, ada beberapa sarana olahraga, seperti bulutangkis, tenis lapangan, kemudian ada juga tempat bagi warga binaan mengembangkan bakatnya, seperti musik dan juga permesinan. Ada juga mushola.
Sekilas saya melihat beberapa warga binaan, tidak semuanya orang Indonesia, tetapi ada juga warga binaan dari luar negeri, saya tidak tahu dari negara mana saja.Â